Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom memperkirakan ekonomi Indonesia masih akan mengalami pertumbuhan negatif meski beberapa indikator menunjukkan perkembangan yang eskpansif pada kuartal pertama tahun ini.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan sejumlah indikator seperti neraca dagang dan PMI manufaktur pada Maret 2021 memang telah meunjukkan Indonesia akan keluar dari resesi ekonomi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdangan Indonesia pada Maret 2021 mengalami surplus sebesar US$1,57 miliar, di mana kinerja ekspor dan impor mengalami pertumbuhan yang signifikan, yaitu masing-masingnya sebesar 30,47 persen dan 25,73 persen secara tahunan.
Kinerja ekspor pada Maret 2021 pun kata BPS merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2011.
“Memang harus diakui bahwa surplus neraca dagang ini memjadi tanda pemulihan ekonomi khususnya dilihat dari aktifitas perdagangan internasional,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Dia menjelaskan, kinerja ekspor Indonesia mengalami peningkatan yang ditopang oleh perbaikan perekonomian negara tujuan utama, seperti China, serta didorong oleh perbaikan harga komoditas unggulan, misalnya CPO dan batubara.
Baca Juga
Di sisi lain, impor bahan baku yang juga mengalami pertumbuhan positif menunjukkan mulai bergeliatnya aktifitas ekonomi di dalam negeri.
Sejalan dengan kinerja ekspor dan impor, PMI manufaktur Indonesia juga mengalami peningkatan hingga mencapai level 53,2 pada Maret 2021. Posisi ini mencapai level tertinggi dalam satu dekade.
“Jika kita kaitkan dengan proses pemulihan ekonomi, betul beragam indikator itu menunjukkan sinyal Indonesia keluar dari resesi,” jelasnya.
Namun demikian, Yusuf mengatakan bahwa kemungkinan ekonomi Indonesia belum akan keluar dari resesi pada kuartal I/2021 karena masih berada pada level pertumbuhan yang negatif.
Dia memperkirakan, ekonomi Indonesia baru akan bergerak positif dan keluar dari resesi pada kuartal II/2021.
“Kami lihat Indonesia baru akan keluar dari resesi paling cepat di kuartal II nanti karena pertumbuhan ekonomi di kuartal I kami proyeksikan masih akan berada di level negatif,” jelasnya.