Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa transformasi merupakan poin penting dalam reformasi ekonomi. Salah satu caranya, didorong melalui industrialisasi dan peningkatan peran sektor yang memberi nilai tambah tinggi.
“Itu bertujuan agar menciptakan industri terutama manufaktur yang bisa menciptakan nilai tambah tinggi di atas produktivitas dan inovasi yang makin baik. Oleh karena itu, tidak hanya mereformasi dari sektor manufakturnya saja, tapi juga persiapan dari sisi sumber daya manusia dan sisi policy investasi kita,” katanya saat rapat kerja dengan DPR, Senin (15/3/2021).
Sri Mulyani menjelaskan bahwa sejak tahun 1960, kontribusi pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) terus mengalami penurunan. Dari di atas 50 persen saat itu jadi 13,7 persen pada 2020.
Ini terjadi karena era industrialisasi. Tak heran, sektor manufaktur kemudian meningkat dari sekitar 8 persen pada 1960 jadi 19,9 persen tahun lalu.
Manufaktur berada di puncak pada awal 2000. Ketika itu mencapai 30 persen kontribusinya terhadap PDB. Setelah itu melandai dan terus turun.
Sektor tersebut kemudian tergantikan oleh jasa. Di awal era milenium, sektor jasa terus mengalami kenaikan tapi tidak memberi nilai tambah yang tinggi. Tahun lalu, kontribusinya hanya mencapai 44,4 persen terhadap PDB.
Baca Juga
“Ini tidak memberi kemakmuran yang lebih baik. Banyak faktor fundamendal yang menjadi penyebab seperti EODB [ease of doing business] dan iklim investasi. Namun dari sisi produktivitas dan inovasi di Indonesia serta kemampuan untuk mengadaptasi dan memanfaatkan teknologi masih sangat kurang atau kurang kompetitif dari negara lain,” ungkap Sri Mulyani.