Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor sepanjang Februari tercatat US$15,27 atau tumbuh 8,56 persen dibandingkan Februari 2020 sebesar US$14,06 miliar. Posisi ini juga lebih besar dari posisi ekspor 2019 sebesar US$12,79 miliar.
"Perkembangannya menggembirakan dan kalau mundur ke belakang lagi, sejak November 2020 ekspor kita selalu tumbuh positif secara yoy [year on year]," kata Kepala BPS Suhariyanto, Senin (15/3/2021).
Namun secara bulanan, angka ekspor ini lebih rendah dari bulan sebelumnya setelah turun tipis 0,19 persen. "Terjadi karena adanya penurunan ekspor migas sebesar 2,63 persen," ujarnya.
Dilihat dari sisi sektornya, ekspor bulan Februari didominasi oleh industri pengolahan yang tumbuh 1,38 persen (month to month/mtm) didorong besi baja, kendaraan motor, logam dasar mulia dan kimia dasar organik dari hasil pertanian. Secara tahunan, industri pengolahan juga tumbuh 9 persen (yoy) didorong oleh besi baja dan kimia dasar organik serta peralatan listrik.
Suhariyanto menuturkan ekspor besi dan baja sepanjang Februari naik US$240,7 juta. "Besi dan baja kita ekspor ke Tiongkok, Taiwan dan Turki," kata Kepala BPS.
Secara kumulatif, total ekspor Indonesia Januari-Februari 2021 mencapai US$30,56 miliar atau tumbuh 10,35 persen.
Baca Juga
"Dibandingkan tahun lalu, cukup menggembirakan karena tumbuh 10,35 persen dengan catatan paling besar dalam bentuk lemak dan minyak hewan nabati disusul bahan bakar mineral," kata Suhariyanto
Sektor lain yang memberikan hasil mengembirakan adalah sektor pertanian yang naik 8,81 persen (year to date/ytd) dan ekspor industri pengolahan yang tumbuh 10,29 persen (ytd).
"Jadi mengawali 2021 performa ekspor kita sangat bagus karena ada peningkatan permintaan dan harga komoditas yang meningkat," ungkapnya.