Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belanja Pemerintah Selama 2020 Mengkeret, Ini Komposisinya

Kendati tumbuh pada tahun lalu, belanja pemerintah gagal melampaui atau bahkan menyamai capaian pada 2019.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan keterangan saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/7/2020).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan keterangan saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/7/2020).

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2020 minus 2,07 persen. Adapun, belanja atau konsumsi pemerintah gagal mencapai menyamai capaian seperti 2019.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, sepanjang 2020, hanya konsumsi pemerintah yang tumbuh positif, yaitu 1,94 persen. Kontraksi terdalam terjadi pada ekspor barang dan jasa sebesar 7,70 persen.

“Diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto atau PMTB, pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga, dan konsumsi rumah tangga yang masing-masing sebesar 4,95 persen, 4,29 persen, dan 2,63 persen,” katanya melalui konferensi pers virtual, Jumat (5/2/2021).

Sementara itu, impor barang dan jasa yang merupakan faktor pengurang dalam produk domestik bruto (PDB) menurut pengeluaran, mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 14,71 persen.

Suhariyanto menjelaskan bahwa meskipun naik, konsumsi pemerintah lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 3,26 persen. Hal ini menurutnya disebabkan perlambatan pertumbuhan belanja pegawai pada 2020 yang hanya tumbuh 1,18 persen. Sementara tahun sebelumnya tumbuh 8,49 persen.

Dari sisi konsumsi rumah tangga, kontraksi tercermin dari indikator penjualan eceran yang turun 12,03 persen. Impor barang konsumsi minus 10,93 persen dan penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor masing-masing minus 50,49 persen dan 43,54 persen.

Selanjutnya, PMTB investasi disebabkan penjualan semen domestik minus 10,38 persen. Volume penjualan kendaraan untuk barang modal minus 41,83 persen dan nilai impor barang-barang modal minus 16,73 persen.

“Pertumbuhan ekonomi 2020 yang mengalami kontraksi minus 2,07 persen, pembentukan modal tetap bruto adalah sumber kontraksi terdalam, yaitu sebesar minus 1,63 persen,” jelasnya.

Sementara lembaga nonprofit menyumbang minus 0,05 persen, konsumsi rumah tangga minus 1,43 persen, konsumsi pemerintah 0,15 persen, dan lainnya 0,89 persen

Struktur PDB Indonesia menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku tahun 2020 tidak menunjukkan perubahan yang berarti.

Perekonomian Indonesia masih didominasi konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh PDB yaitu 57,66 persen. Selanjutnya diikuti PMTB 31,73 persen, ekspor 17,17 persen, konsumsi pemerintah 9,29 persen, lembaga nonprofit 1,30 persen, dan perubahan inventori 0,63 persen. Impor sebagai pengurang PDB berperan 16,02 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper