Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi paling dalam dengan minus 15,04 persen sepanjang 2020.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai perkembangan transportasi dan pergudangan yang mengalami penurunan tajam sepanjang 2020 tersebut mengindikasikan aktivitas masyarakat untuk bepergian. Salah satunya jumlah masyarakat yang berwisata turun tajam selama masa pandemi Covid-19.
"Perusahaan transportasi sudah lakukan beragam cara mulai dari diskon, penjualan tiket online, sampai pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat, tetapi adanya PSBB [pembatasan sosial berskala besar] dan PPKM [pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat] membuat masyarakat menunda bepergian keluar daerah," kata Bhima kepada Bisnis.com, Jumat (5/2/2021).
Menurutnya, sektor transportasi yang paling terpukul akibat pandemi adalah maskapai penerbangan. Sektor ini ungkapnya, anjlok cukup dalam yakni minus 53,8 persen di kuartal IV/2020 secara year on year (yoy).
"Disusul angkutan kereta api minus 45,5 persen dan angkutan sungai dan penyebrangan minus 12,2 persen," imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto juga mengatakan penerapan PSBB membatasi pergerakan orang dan barang, sehingga sektor transportasi dan pergudangan terdampak paling parah.
Baca Juga
"Sektor transportasi dan gudang memberikan dampak terdalam terhadap PDB minus 0,64 persen," katanya.
Suhariyanto menjelaskan angkutan udara dan angkutan rel tertekan paling parah akibat pandemi. Pada kuartal IV/2020, angkutan udara minus 53,81 persen, sedikit lebih baik bila dibandingkan kuartal III/2020 yang negatif 63,9 persen. Sementara angkutan rel minus 45,5 persen pada kuartal IV/2020, sedikit lebih baik dibandingkan dengan kuartal III/2020 yang minus 51,1 persen.