Bisnis.com, JAKARTA – People’s Bank of China (PBOC) menyatakan akan berupaya menyeimbangkan antara dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi dan meminimalisir risiko yang muncul.
Hal tersebut diungkapkan oleh Gubernur PBOC Yi Gang, yang menandakan bank sentral China tersebut akan melanjutkan sikap kebijakan yang telah dilakukan selama ini.
"Ke depan, kebijakan moneter China akan menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi baru secara tepat waktu, dan di sisi lain menjaga stabilitas untuk menghindari jurang kebijakan," ungkap Yi dalam konferensi virtual yang diselenggarakan oleh bank sentral Hongaria, Senin (26/1/2021), seperti dikutip Bloomberg.
YI menambahkan bahwa China akan berupaya untuk mempertahankan kebijakan moneter normal selama mungkin dan menjaga kurva imbal hasil ke ke atas.
Ekonomi China mencatat pertumbuhan 2,3 persen sepanjang 2020, meskipun terjadi penurunan akibat virus corona. Capaian ini menjadikan China satu-satunya ekonomi utama yang membukukan ekspansi.
Pertumbuhan ini dilakukan tanpa adanya peningkatan besar stimulus kebijakan moneter karena para pejabat berusaha untuk tetap mengontrol tingkat utang.
Baca Juga
Dengan pemulihan yang semakin cepat, otoritas moneter telah mengisyaratkan mereka ingin mengurangi stimulus dan mengekang tingkat utang. Yi mengatakan total rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) naik menjadi sekitar 280 persen pada akhir tahun lalu, dan dia memperkirakan akan stabil pada tahun 2021.
Bank sentral telah berjanji tidak melakukan kebijakan moneter yang signifikan karena mereka berupaya mempertahankan dukungan yang cukup terhadap sektor yang belum mencatatkan pemulihan.
Pejabat PBOC baru-baru ini mengatakan suku bunga nasional sudah sesuai, menunjukkan bahwa mereka tidak mungkin melakukan penyesuaian dalam waktu dekat.