Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Furnitur Indonesia Kalah dari Vietnam, Kok Bisa?

Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menyebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab ekspor furnitur masih kalah dari Vietnam.
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. Kerajinan mebel berupa kursi, meja, dan tempat tidur yang berbahan dasar limbah kayu jati dan mahoni dengan harga berkisar Rp13 juta hingga Rp5 juta per unit./Antara-Mansyur S
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. Kerajinan mebel berupa kursi, meja, dan tempat tidur yang berbahan dasar limbah kayu jati dan mahoni dengan harga berkisar Rp13 juta hingga Rp5 juta per unit./Antara-Mansyur S

Bisnis.com, JAKARTA - Masalah bahan baku masih menjadi sandungan utama produk olahan kayu Indonesia dalam persaingan di pasar global.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Purwadi Soeprihanto mengemukakan peringkat ekspor furnitur Indonesia yang masih kalah dari Vietnam disebabkan oleh pasokan dari industri hulu yang terbatas.

Purwadi mengatakan produk furnitur yang menggunakan kayu alam cenderung tidak kompetitif di pasar global. Sementara untuk furnitur berbasis kayu tanaman, bahan bakunya cenderung terbatas.

“Sebagian besar hasil kayu tanaman saat ini dialokasikan untuk bahan baku serpih, bukan ke furnitur,” kata Purwadi saat dihubungi, Jumat (4/12/2020).

Pasokan kayu tanaman yang memadai inilah yang disebut Purwadi menyebabkan Vietnam berada di depan Indonesia dalam hal pangsa pasar. Selain itu, Vietnam disebutnya juga unggul dari sisi desain.

Purwadi mengatakan satu-satunya solusi untuk mengerek daya saing produk furnitur Indonesia adalah dengan mempercepat pembangunan hutan tanaman, khususnya Hutan Tanaman Rakyat yang dikembangkan melalui pola agroforestry.

“Jadi pola penanaman bersamaan dengan tanaman pangan, misalnya jagung. Sehingga sembari menunggu panen kayu, masyarakat dapat memperoleh hasil,” imbuhnya.

Furnitur sendiri menjadi salah satu produk unggulan ekspor hasil hutan selain pulp, kertas, panel kayu, dan woodworking. APHI bahkan melaporkan adanya kenaikan ekspor furnitur selama pandemi sebesar 6,8 persen secara tahunan untuk periode Januari-November 2020.

“Hal ini karena orang-orang cenderung di rumah dan merenovasi rumah, termasuk untuk pengadaan furnitur,” kata dia.

Berdasarkan laporan Kemendag, ekspor kelompok produk furnitur dengan kode HS 94 selama Januari-September 2020 mencapai US$1,68 miliar atau naik 14,15 persen secara tahunan dari US$1,47 pada 2019.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper