Bisnis.com, JAKARTA — Upaya peningkatan produksi melalui teknik pengurasan minyak atau enhanced oil recovery oleh PT Pertamina (Persero) di Blok Rokan masih terganjal.
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) R.P. Yudantoro mengatakan bahwa pihaknya bersama dengan SKK Migas sedang membahas langkah penyelesaian satu formula EOR yang masih enggan diberikan oleh Chevron.
"Saya belum bisa infokan, nanti setelah proses pembahasannya selesai," katanya kepada Bisnis, Selasa (17/11/2020).
Dia menjelaskan bahwa pada saat studi dan proyek percontohan kimia EOR, Chevron menggunakan campuran empat komponen kimia. Tiga komponen dari perusahaan penyedia kimia non-Chevron dan tidak ada masalah.
Sementara itu, satu komponen kimia disuplai oleh Chevron-Oronite—salah satu unit bisnis Chevron Corporate di Houston.
Yudantoro menjelaskan bahwa formula tersebutlah yang tidak mau diberi oleh Chevron.
Menurut dia, pada saat studi dan proyek percontohan, biaya yang dikeluarkan langsung oleh Chevron sendiri dan tidak digantikan dengan cost recovery.
"Makanya PHR sedang meminta kejelasan dari SKK Migas apakah alasan Chevron tersebut valid atau tidak," ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa chemical EOR di satu lapangan migas selalu dimulai dengan studi dan proyek percontohan dulu. Chevron memerlukan waktu 3 tahun untuk studi dan pilot percontohan sehingga diperoleh formula chemical EOR tepat atau cocok untuk menambah produksi minyak yang bisa diangkat ke permukaan.
"Formula CEOR [chemical EOR] tersebut yang sampai saat ini tidak diberikan oleh Chevron. Lalu bagaimana bisa dilakukan implementasinya jika formulanya tidak tahu?" ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasinal Djoko Siswanto mengungkapkan bahwa hingga saat ini masih terdapat satu dari empat formula yang belum diberikan Chevron kepada Pertamina.
Hingga saat ini, hanya PT Chevron Pacific Indonesia yang memiliki formula tersebut dari hasil kajian EOR yang dilakukan di Blok Rokan.
"Chevron tidak mau berikan formula, ada empat formula yang tiga diberikan yang satu tidak," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengakui bahwa terdapat permasalah dalam formula EOR di Blok Rokan. Chevron hanya dapat memberi tiga dari empat formula yang dimiliki kepada Pertamina.
Kendati demikian, pemerintah tidak dapat ikut serta untuk menemukan jalan keluar antara Chevron dan Pertamina mengingat hal tersebut sudah masuk ke dalam ranah bisnis.
“Kami selesaikan dengan yang terkait. Memang betul. Ini perlu duduk bersama Pertamina dan Chevron. Kita tidak bisa masuk langsung karena itu b to b [business to business],” ungkapnya.