Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo memperkirakan perekonomian Indonesia pada kuartal III/2020 di kisaran minus 3 persen.
Salah satu penyebabnya adalah konsumsi rumah tangga yang lebih kurang minus 4 persen pada periode yang sama.
“Apabila kita lihat, ini karena kondisi di kuartal III permintaan masih belum kuat. Dilihat dari beberapa indikator, dalam tiga bulan berturut-turut kan terjadi deflasi,” kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi, Senin (2/11/2020).
Josua menjelaskan bahwa indeks keyakinan konsumen juga masih di bawah angka 100 apabila ingin dikatakan normal. Di sisi lain, daya beli masyarakat juga belum membaik.
Pandemi Covid-19 yang belum jelas menunjukkan penurunan membuat publik enggan berbelanja. Mereka cenderung menabung sampai kondisi membaik.
Ini membuktikan stimulus pemerintah yang memberikan bantuan kepada kalangan bawah tidak memberi efek positif. Alasannya, tambah Josua, mereka tidak berkontribusi untuk konsumen nasional.
Baca Juga
Sedangkan sisanya yang tidak mendapat stimulus. Padahal, kalangan atas berkontribusi sekitar 45 persen. Mereka enggan belanja karena tidak bisa liburan atau makan di restoran. Ini yang menyebabkan ekonomi belum maksimal.
Untuk mendongkrak itu, pemerintah harus gencar melakukan sosialisasi bangga menggunakan produk dalam negeri. Dengan begitu produksi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah kembali bergerak.
“Berikutnya bagaimana pemerintah bisa beri confidence bagaimana penanganan Covid-19 bisa ditingkatkan. Karena belum ada menunjukkan tanda melandai. Selain itu penyaluran pemulihan ekonomi nasional juga harus dioptimalkan,” jelasnya.