Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi daya beli yang masih tertekan akan menjadi salah satu penghambat pemuihan ekonomi pada akhir tahun.
Badan Pusar Statistik (BPS) melaporkan kinerja impor pada September 2020 membaik dibandingkan Agustus 2020 lalu, dengan nilai yang tercatat US$11,57 miliar atau meningkat 7,71 persen secara bulanan.
Peningkatan kinerja impor tersebut lebih dikontribusi oleh impor bahan baku dan barang modal, hal ini menunjukan sudah adanya peningkatan aktivitas industri di Indonesia.
Namun di sisi lain, Josua mengatakan masih terkontraksinya impor barang konsumsi memberikan sinyal bahwa tingkat konsumsi masyarakat masih cenderung lemah.
Rendahnya daya beli masyarakat juga terkonfirmasi oleh tingkat inflasi inti yang rendah, penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), serta penjualan mobil yang mengalami stagnasi.
"Rendahnya daya beli ini diperkirakan masih akan menjadi salah satu penghambat pemulihan ekonomi di tahun ini," katanya kepada Bisnis, Jumat (16/10/2020).
Baca Juga
Josua memprediksi, konsumsi masyarakat pada kuartal IV/2020 akan meningkat terbatas, meski ada momentum libur panjang, Natal dan Tahun Baru, dikarenakan masih terbatasnya aktivitas ekonomi secara umum di tengah pandemi Covid-19.
Namun, imbuhnya, dengan mulai adanya aktivitas industri pada kuartal keempat, diharapkan perusahaan akan mulai menyerap tenaga kerja.
Hal ini dapat mendorong peningkatan pendapatan, yang kemudian akan mendorong pemulihan daya beli masyarakat.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengungkapkan meningkatnya realisasi pengeluaran pemerintah menujukkan indikasi terjadi peningkatan pengeluaran konsumsi.
“Konsumsi akan meningkat pada akhir tahun tapi peningkatannya tidak sebesar tahun lalu,” jelasnya.