Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia pada September kembali mengalami surplus. Nilainya mencapai US$2,44 miliar atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar US$2,33 miliar.
Kinerja impor untuk bahan baku kebutuhan industri menunjukkan peningkatan. Ini menjadi tanda geliat aktivitas ekonomi kembali muncul, begitu pula dengan ekspor.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan bahwa momen ini bisa menjadi indikator ekonomi mulai membaik.
“Karena dari PMI BI [prompt manufacturing index Bank Indonesia] dan survei kegiatan dunia usaha menunjukkan peningkatan. Jika tidak ada PSBB yang ketat, maka momentum peningkatan tersebut dapat berlanjut,” katanya kepada Bisnis.com, Kamis (15/10/2020).
Iskandar menjelaskan bahwa menggeliatnya industri juga tercermin dari meningkatnya impor bahan baku dan barang modal.
Sementara itu, indikator konsumsi yang positif tidak bisa dilihat dari impor barang konsumsi saja. Alasannya, saat ini kebijakan pemerintah adalah menggalakkan konsumsi barang dalam negeri.
Baca Juga
Iskandar mencatat dari beberapa indikator utama seperti penjualan eceran dan kendaraan bermotor, meningkatnya realisasi pengeluaran pemerintah menujukkan indikasi terjadi peningkatan pengeluaran konsumsi.
“Konsumsi akan meningkat pada akhir tahun tapi peningkatannya tidak sebesar tahun lalu,” jelasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan September 2020 mengalami surplus US$2,44 miliar, lebih tinggi dari sebelumnya US$2,33 miliar pada Agustus 2020.
Nilai ini diperoleh dari posisi nilai ekspor US$14,01 miliar yang lebih tinggi dibandingkan impor yang mencapai US$11,57 miliar selama September 2020.
Ekspor September 2020 mencapai US$14,01 miliar atau naik sebesar 6,97 persen dibandingkan Agustus 2020 disebabkan kenaikan ekspor migas dan nonmigas yang naik masing-masing 17,43 persen dan 6,47 persen. Hal yang sama juga terjadi pada ekspor secara tahunan mengalami penurunan 0,51 persen pada September 2019.