Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gawat! Bank Dunia Sebut Resesi Global Bisa Jadi yang Terburuk Sejak PD II

Bank Dunia memperkirakan produk domestik bruto (PDB) global akan terkontraksi hingga 5,2 persen tahun ini, sekaligus angka resesi terdalam sejak Perang Dunia II.
Peserta berdiri di dekat logo Bank Dunia dalam rangkaian Pertemuan IMF - World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./Reuters-Johannes P. Christo
Peserta berdiri di dekat logo Bank Dunia dalam rangkaian Pertemuan IMF - World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./Reuters-Johannes P. Christo

Bisnis.com, JAKARTA – Masifnya pandemi virus Corona serta serangkaian langkah pembatasan yang diterapkan sejumlah negara untuk membatasi penyebarannya diperkirakan semakin memperdalam resesi ekonomi global.

Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia memperkirakan produk domestik bruto (PDB) global akan terkontraksi hingga 5,2 persen tahun ini, sekaligus angka resesi terdalam sejak Perang Dunia II. Adapun, sejumlah negara besar diperkirakan mengalami kontraksi terburuk sejak tahun 1870.

Dalam laporan Global Economic Prospects tersebut, aktivitas ekonomi di negara-negara maju diperkirakan akan terkontraksi 7 persen pada tahun 2020 karena permintaan dan penawaran, perdagangan, dan keuangan di dalam negeri sangat tertekan.

Ekonomi Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami kontraksi 6,1 persen tahun ini menyusul gangguan yang terkait dengan langkah-langkah pengendalian pandemi.

Sementara itu, ekonomi zona euro diperkirakan akan menyusut 9,1 persen pada tahun 2020 karena wabah yang meluas semakin membuat aktivitas orang berkurang. Ekonomi Jepang diperkirakan terkontraksi 6,1 persen.

Adapun pertumbuhan ekonomi di negara-negara emerging markets dan berkembang (EMDE) diperkirakan terkontraksi 2,5 persen tahun ini, yang pertama dalam setidaknya enam puluh tahun terakhir. Pendapatan per kapita diperkirakan akan menurun sebesar 3,6 persen, yang akan menyeret jutaan orang jauh di bawah garis kemiskinan ekstrem tahun ini.

Negara-negara yang paling terdampak oleh pandemi ini sangat tertekan, terutama negara yang menggantungkan perekonomiannya pada perdagangan global, pariwisata, ekspor komoditas, dan pembiayaan eksternal.

Meskipun besarnya tekanan berbeda di tiap-tiap negara, semua negara EMDE memiliki sangat terpapar oleh guncangan eksternal. Selain itu, gangguan pendidikan dan akses layanan kesehatan utama cenderung memiliki dampak jangka panjang pada pengembangan sumber daya manusia.

Wakil Presiden World Bank Group untuk Pertumbuhan, Keuangan, dan Institusi, Ceyla Pazarbasioglu mengatakan outlook ekonomi ini sangat mengkhawatirkan, karena krisis yang terjadi cenderung meninggalkan bekas luka jangka panjang dan menimbulkan tantangan global yang besar.

“Tujuan pertama kami adalah menangani kesehatan global dan keadaan darurat ekonomi. Selain itu, komunitas global harus bersatu untuk menemukan cara untuk membangun kembali pemulihan sekuat mungkin untuk mencegah lebih banyak orang jatuh ke dalam kemiskinan dan pengangguran," ungkap Pazarbasioglu dalam laporan yang dirilis di situs resmi Bank Dunia, Senin (8/6/2020).

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan kembali rebound dan meningkat menjadi 4,2 persen pada tahun 2021, dengan perekonomian negara-negara maju maju tumbuh 3,9 persen dan EMDEs bangkit kembali sebesar 4,6 persen.

Akan tetapi, syarat proyeksi tersebut adalah pandemi dapat terus ditekan sehingga negara-negara maju dapat mencabut sebagian besar pembatasan pada pertengahan tahun dan dilanjukan oleh negara-negara berkembang.

Namun, prospeknya rebound tersebut akan menjadi sangat tidak pasti jika ada kemungkinan pandemi yang lebih berkepanjangan, pergolakan keuangan, dan tertekannya perdagangan global serta jaringan pasokan.

Skenario penurunan ini menyebabkan ekonomi global terus terkontraksi hingga 8 persen tahun ini, diikuti oleh pemulihan yang lamban pada tahun 2021 dengan hanya lebih dari 1 persen.

Direktur World Bank Prospect Group Ayhan Kose mengatakan resesi akibat Covid-19 cenderung menjadi yang terburuk bagi negara maju sejak Perang Dunia II dan kontraksi output pertama di negara berkembang setidaknya dalam enam dekade terakhir.

“Proyeksi pertumbuhan global saat ini merupakan penurunan tercepat dan terdalam. Mungkin ada penurunan pertumbuhan lebih lanjut, yang menyiratkan bahwa pembuat kebijakan mungkin harus siap untuk mengeluarkan langkah-langkah tambahan untuk mendukung kegiatan ekonomi," ungkap Kose.

Pandemi ini menyoroti kebutuhan akan kebijakan kesehatan dan ekonomi yang tepat dan cepat, termasuk kerja sama global, melindungi populasi yang rentan, dan memperkuat kapasitas negara untuk mencegah dan menangani peristiwa serupa di masa depan.

Sangat penting bagi negara berkembang yang sangat rentan untuk memperkuat sistem kesehatan masyarakat, mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh informalitas dan jaring pengaman yang terbatas, erta melakukan reformasi untuk menghasilkan pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan begitu krisis berlalu.

Bank Dunia menyarankan negara berkembang dengan ruang fiskal dan kondisi pembiayaan yang memadai untuk mempertimbangkan stimulus tambahan jika efek dari pandemi terus berlanjut, namun tetap harus disertai dengan langkah pemulihan keberlanjutan fiskal jangka menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper