Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan pengusaha importir daging sapi mengoreksi target realisasi impor pada tahun ini menyusul melemahnya serapan di tengah wabah Covid-19. Pemasukan daging sapi diperkirakan akan lebih rendah sekitar 50 persen dibandingkan realisasi pada 2019 lalu.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri mengemukakan, tak optimalnya usaha perhotelan dan restoran memiliki pengaruh besar dalam serapan daging sapi impor. Jika dalam sebulan serapan daging sapi atau kerbau bisa mencapai 6.000 ton, maka penjualan 1.000 ton per bulan dalam kondisi ini pun diakui Suhandri sulit tercapai.
"Volume serapan mungkin hanya tersisa 20 persen dari kondisi normal," ujar Suhandri, Kamis (28/5/2020).
Dia menjelaskan bahwa pasar tradisional atau pasar konsumsi rumah tangga menjadi segmen pemasaran yang tersisa. Namun dia mengemukakan bahwa segmen ini telah diisi oleh pasokan daging sapi lokal meski jumlah penjualannya pun ikut berkurang.
"Sekarang pasar semakin menyusut. Peternak pun enggan memotong hewan ternaknya karena serapan lamban sekali," lanjut dia.
Dalam kondisi normal, Suhandri menjelaskan bahwa rencana importasi daging sapi bakal menyesuaikan perkembangan kuota daging kerbau impor yang ditetapkan pemerintah. Pada tahun lalu misalnya, Suhandri mengatakan perbandingan kontribusi daging sapi dan daging kerbau impor berada di kisaran 60:40 dengan kuota pemasukan daging kerbau sebesar 100.000 ton.
Baca Juga
"Tahun ini pemerintah berencana impor 170.000 ton jadi mungkin pasokan daging sapi hanya 40 persen dari kebutuhan untuk hotel, restoran, dan katering, itu kalau kondisi normal, " ujar Suhandri.
Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi impor daging sapi atau kerbau pada 2019 lalu mencapai 262.251 ton dan 93.970 ton di antaranya adalah daging kerbau dari India. Adapun sampai Mei ini, Suhandri memperkirakan realisasi impor daging sapi hanya mencapai 30.000 ton. Jumlah ini jauh menurun dibandingkan realisasi impor daging sapi pada periode Januari–Mei 2019 yang mencapai 65.693 ton.
Terlepas dari adanya penurunan realisasi impor dan serapan yang melemah, Suhandri tak memungkiri keterlambatan realisasi impor daging kerbau asal India akibat lockdown di negara tersebut cukup membantu serapan daging sapi impor dan sapi lokal selama musim Ramadan. Kendati demikian, importir tetap akan menahan impor lantaran pasar yang kian terbatas dan efek masuknya daging kerbau.
"Saya lihat daging kerbau jika masuk nanti pun akan sulit pasarnya karena UMKM sekarang sedang lesu sehingga hanya bisa mengandalkan pasar tradisional. Sedangkan kami akan menurunkan proyeksi karena pasar kami spesifik," kata dia.