Bisnis.com, JAKARTA - Jembatan Pulau Balang diklaim akan menjadi jembatan terpanjang kedua di Indonesia setelah Jembatan Suramadu. Keduanya dibangun oleh Hutama Karya dengan konstruksi jembatan cable stay.
Sebagai catatan, jembatan Pulau Balang terbentang sepanjang 804 meter dek utama dan 167 meter dek pendekat. Adapun, dari segi desain, jembatan ini diklaim sebagai jembatan cable stay dengan dek beton terpanjang di Indonesia.
Kepala Proyek Jembatan Pulau Balang Dhono Nugroho mengatakan dalam proses pembangunannya, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi.
“Tantangan terbesar yang dialami adalah pada saat pekerjaan pondasi, kondisi seabed yang berupa batuan menyebabkan proses pemasangan casing jauh lebih lama dari yang diperkirakan. Dari aspek sosial, status lahan yang belum bebas juga cukup berdampak pada kelancaran pekerjaan di lapangan,” jelasnya, Senin (4/5/2020).
Meski demikian, dia mengatajan pihaknya telah bekerja sama dan berkoordinasi bersama para pemangku kepentingan dalam proyek sehingga permasalahan yang muncul pada akhirnya dapat diselesaikan.
Dhono menambahkan tim proyek Jembatan Pulau Balang juga menggandeng sejumlah elemen lokal, baik perusahaan maupun tenaga kerja, dengan harapan memberikan dampak positif bagi area di sekitar proyek.
Baca Juga
Sebagai informasi, jembatan setinggi 29 meter ini memiliki tipe Cable Stayed Bridge yaitu jembatan yang dibangun menggunakan kabel-kabel prategang berkekuatan tinggi untuk menahan beban jembatan.
Terdapat dua tiang jembatan (pylon) setinggi 116 meter untuk menahan kabel-kabel tersebut dan 144 tiang pancang (bore pile) sebagai penopang jembatan. Selain itu, lebar jembatan ini adalah 22,4 meter dengan 4 lajur serta dilengkapi dengan trotoar di samping kanan dan kiri.
Untuk mendukung akses menuju jembatan tersebut, dibangun pula jalan sepanjang 1.969 meter. Jembatan Pulau Balang juga akan dilengkapi dengan teknologi Structural Health Monitoring System (SHMS) yang akan memantau kesehatan struktur konstruksi jembatan.
Tahapan pembangunan Jembatan Pulau Balang bentang panjang dimulai pada 2013 untuk kontrak pertama yaitu pembangunan abutment dan pilar K1-K2. Kemudian kontrak kedua dimulai pada 2015 sampai dengan awal 2018 dengan pekerjaan pondasi dan dilanjutkan pekerjaan pile cap dan pylon.
Pekerjaan lantai jembatan dilakukan paralel dengan bagian puncak pylon dikerjakan mulai pertengahan tahun 2019.
Nantinya, jika jembatan ini sudah 100 persen tersambung dan beroperasi secara penuh, maka konektivitas serta mobilitas orang dan barang di lintas selatan Kalimantan diklaim akan semakin lancar.
Jarak tempuh dari Balikpapan ke Penajam yang sebelumnya mencapai 5 jam melalui jalur laut akan jauh lebih singkat yaitu menjadi 1 jam saja lewat darat via Balikpapan - Kariangau - Jembatan Pulau Balang - Simpang Gersik - Penajam. Hal ini dinilai akan memudahkan masyarakat umum dan pengusaha dalam melakukan perjalanan atau distribusi logistik.
Selain menjadi akses darat utama menuju lokasi ibu kota negara baru, adanya Jembatan Pulau Balang juga mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah di Kalimantan Timur dan sekitarnya.
Transportasi dari Pelabuhan Peti Kemas Karingau Balikpapan akan semakin lancar sehingga akan mengembangkan Kawasan Industri Karingau (KIK).
“Semoga dengan munculnya ikon baru yaitu jembatan pulau balang dapat meningkatkan perekonomian wilayah Gersik, Riko, PPU dan Tempadung, serta menjadi suatu monumen pengingat hasil keringat dan pengorbanan anak bangsa yang telah berusaha keras dalam mewujudkan monumen berteknologi tinggi ini,” jelasnya.
Konstruksi jembatan Cable Stay sebetulnya sudah cukup lama dikenal di Indonesia mulai Jembatan Barelang di Batam (1992), Jembatan Siak 1 atau Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah di Provinsi Riau (2007), Jembatan Suramadu (2009) dan Jembatan Soekarno di Manado (2015).
Namun, dalam 3 tahun belakangan ini, mulai banyak jembatan Cable Stay yang dibangun diberbagai penjuru Tanah Air, sebut saja Jembatan Teluk Kendari, Jembatan Alalak di Banjarmasin, dan Jembatan Pulau Balang di Balikpapan.