Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Minim Alternatif Transportasi Umum, Akses Bandara Nasional Kurang Memadai

Akses bandara nasional pada umumnya didesain untuk mengakomodasi penggunaan kendaraan pribadi dan taksi
Rinaldi Mohammad Azka
Rinaldi Mohammad Azka - Bisnis.com 16 Februari 2020  |  16:01 WIB
Minim Alternatif Transportasi Umum, Akses Bandara Nasional Kurang Memadai
Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta di Tangerang, Banten. - Antara/Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA - Akses dari dan menuju sejumlah bandara di Indonesia dinilai masih kurang memadai, karena terbatasnya pilihan moda transportasi umum dan terjadinya indikasi monopoli.

Pengamat Penerbangan Alvin Lie mengatakan akses menuju sejumlah bandara internasional utama di Indonesia masih kurang memadai.

"Bandara-bandara tersebut didesain dengan mengabaikan transportasi publik, [Bandara] Soekarno-Hatta ada bus DAMRi sejak dulu, tapi untuk kereta ini juga baru kemarin itu pun harganya terlalu mahal sistemnya tidak terlalu praktis," kata Alvin, Minggu (16/2/2020).

Dia membandingkan bandara terbesar di Indonesia tersebut dengan Bandara Changi di Singapura. Akses menuju bandara internasional Singapura tersebut banyak terdapat bus umum yang bukan BUMN seperti DAMRI, terdapat pula akses kereta moda raya terpadu (MRT) serta akses kendaraan pribadi yang memadai.

Menurutnya, akses bandara nasional pada umumnya didesain untuk kendaraan pribadi dan taksi seperti di Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Kualanamu Medan, dan Bandara Juanda Surabaya. Akses pengguna kendaraan pribadi masih sangat kurang porsi transportasi publiknya.

"Ini juga terpengaruh dari persepsi bahwa hanya orang-orang berduit yang naik pesawat terbang yang lebih disayangkan lagi selain kendaraan umum tadi, bus dan kereta, taksi ini juga masih masalah sampai sekarang," tuturnya.

Pihaknya mengatakan terjadi monopoli taksi bandara terutama bandara-bandara yang merupakan bandara militer tetapi dipergunakan untuk kepentingan sipil. Monopoli tersebut dilakukan oleh koperasi TNI dengan harga memasang sistem tersendiri.

"Kalau begini yang dikeluhkan aspek harga, pelayanan, kualitas mobilnya sehingga tidak menjadi daya tarik, bahkan untuk taksi online juga harus dibatasi dengan berbagai alasan taksi juga harus pakai taksi bandara," paparnya.

Dengan demikian, terangnya hal ini menunjukkan taksi di Indonesia belum terstandardisasi sehingga taksi bandara diperlukan standar tersendiri yang menjamin kenyamanan, keamanan, dan kualitas pelayanan bagi pengguna jasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

bandara bus transportasi umum
Editor : Rio Sandy Pradana

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top