Bisnis.com, KULONPROGO — Peresmian jalan bawah tanah atau underpass Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bakal menambah kemajuan pembangunan di lintas Pantai Selatan Jawa yang diklaim telah capai 70 persen.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto mengatakan jalan bawah tanah YIA merupakan bagian dari segmen ruas jalan di kawasan pantai selatan (Pansela) yang diharapkan dapat menyeimbangkan dengan Pantura nantinya.
"Saat ini sudah 60-70 persen, Jabar selesai, Cilacap, Jateng sekitar 40 kilometer. Kemudian, Jatim sudah sampai Trenggalek, dari Trenggalek ke Banyuwangi masih sekitar 200-300 kilometer. [Terus dilakukan secara] bertahap," ujarnya, Kamis (30/1/2020).
Dia menambahkan nantinya di utara jalan yang dibangun membentang dari Merak hingga Banyuwangi. Kemudian di selatan dari Banyuwangi hingga Banten memiliki panjang yang hampir sama.
Pengembangan infrastruktur jalan di Pansela nantinya diharapkan dapat menyeimbangkan pola lalu lintas untuk mengatasi kepadatan di tahun-tahun yang akan datang.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII Akhmad Cahyadi mengatakan untuk underpass YIA sendiri berada persis di bawah bandara YIA yaitu diantara penghubung terminal bandara.
Baca Juga
Akhmad mengatakan bahwa dasar pertimbangan dibuatnya underpass itu ialah karena konstruksi bandara baru yang memutus jalan Pansela. Dengan adanya jalan bawah tanah tersebut, maka jaringan jalan Pansela akan tetap ada.
"Underpass ini bagian jalur jalan lintas selatan, Pansela. Nanti ini saling mengisi, ada bagian operasionalnya yang diintegrasikan ke Angkasa Pura," katanya.
Berdasarkan data yang diterima Bisnis, koridor Lintas Pansela meliputi lima provinsi yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur dengan total panjang mencapai 1.595 kilometer. Adapun, sampai dengan Tahun Anggaran 2021 direncanakan sudah tembus sekitar 1.214 kilometer.
Untuk jalan Pansela di Provinsi DIY sendiri total panjangnya adalah 116,07 kilometer. Dari jumlah tersebut, sampai dengan tahun anggaran 2018 yang sudah tertangani mencapai 66,68 kilometer.
Untuk penanganan TA 2019-2021 direncanakan meliputi Tambakreja-Bantarsari (Cilacap), Jiladri-Karangbolong-Tambakmulyo (Kebumen), underpass YIA, Jembatan Kretek 2, Legundi-Kanigoro-Planjan, dan Jeruk Wudel-Baran-Duwet.
Sugiyartanto berharap pemerintah daerah dapat mempercepat pembebasan lahan dari trase terpilih. Lebih lanjut, dia menyatakan pembangunan lintas selatan jawa ini ditargetkan bisa rampung sesuai rencana strategis yaitu pada akhir 2024.
Dia menambahkan jalan Pansela ini punya ciri khas sebagian besar berada di arah dekat laut selatan yang memiliki potensi untuk kawasan pariwisata. Oleh sebabi itu, infrastruktur jalan yang memadai diharapkan akan berdampak positif terhadap sektor pariwisata dan perekonomian daerah setempat.
"Bisa menikmati wilayah pariwisata, daerah pansela akan terbuka, termasuk potensi kuliner, banyak ciri khas," jelasnya.
Meskipun demikian, dia menekankan bahwa pengembangan Pansela bukan berarti untuk membuatnya agar menjadi saingan dengan Pantura, melainkan untuk keseimbangan pola lalu lintas.
"Jadi nanti kalau sudah selesai, dari barat ke timur bisa gunakan Pantura, dari timur ke barat itu bisa menggunakan sebagian Pansela," katanya.