Bisnis.com, SURABAYA – Industri percetakan Tanah Air hingga akhir tahun ini diproyeksikan bisa tumbuh sekitar 10% karena banyak didorong oleh momen pemilihan umum, tahun ajaran baru, hingga perkembangan industri rumah tangga.
Ketua Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI), Ahmad Mughira Nurhani mengatakan sepanjang semester I/2019 ini pun industri percetakan mengalami pertumbuhan sampai 10% (yoy) akibat adanya kegiatan pemilu yang memesan cetakan surat suara.
“Semester I kemarin bagus karena ada pemilu banyak cetakan dilakukan, termasuk alat kampanye, dan itu berdampak pada kenaikan omset yang lumayan,” katanya saat konferensi pers pameran Surabaya Printing Expo 2019, Rabu (31/7/2019).
Selain itu, lanjutnya, permintaan cetak kembali terjadi pada saat momen tahun ajaran baru atau Juni yakni permintaan cetak buku sekolah, ditambah dengan adanya industri rumah tangga di segmen percetakan kertas untuk packaging produk UMKM.
“Cetakan untuk packaging ini meningkat karena banyak produk buatan rumah tangga sekarang dikemas dengan bagus, supaya menarik,” imbuhnya.
Ahmad menambahkan, adanya kebijakan pemerintah yang melarang buku-buku katalog atau petunjuk untuk produk elektronik dan lainnya dicetak di luar negeri. Buku-buku kataolog dan petunjuk penggunaan alat elektronik terutama yang berbahasa Indonesia wajib dicetak di dalam negeri.
Baca Juga
“Jadi cetaknya harus di Indonesia, tidak boleh diimpor dari negara lain. Ini sangat mendukung industri percetakan kita,” jelasnya.
Adapun sejauh ini, percetakan di segmen buku pemerintahan, buku pendidikan, majalah dan koran telah berkontribusi terhadap kinerja industri ini sekitar 50%, sedangkan di segmen packaging masih sekitar 30%, dan sisanya untuk segmen lain seperti printing security.
Meski begitu, lanjutnya, potensi industri percetakan ini terus mengarah pada mesin digital yang tidak perlu mencetak dalam jumlah banyak seperti mesin-mesin cetak kapasitas besar yang sekali produksi mencapai 1.000 – 20.000 cetakan.
CEO Kristamedia Exhibitions, Daud D. Salim selaku penyelenggara Surabaya Printing Expo, mengatakan gelaran pameran tahun ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi jumlah maupun teknologi printing yang dihadirkan.
“Tahun ini melibatkan 115 peserta pameran dari berbagai perusahaan printing, kalau tahun lalu hanya 75 peserta. Diharapkan jumlah pengujungnya juga bisa mencapai 12.500 orang selama pameran,” katanya.
Dia memperkirakan, gelaran yang berlangsung selama 1 – 4 Agustus 2019 di Grand City Surabaya ini diperkirakan bisa terjadi transaksi langsung maupun B2B sekitar Rp250 miliar, berdasarkan pengalaman sebelumnya satu perusahaan rerata mampu menjual 10 unit mesin printing dengan harga bervariasi bahkan ada yang harganya Rp150 juta.