Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahas Subsidi Listrik, PLN Tekankan Tarif Tetap Tahun Ini

PT PLN (Persero) memastikan bahwa tarif listrik tidak akan naik hingga akhir tahun ini sejalan dengan komitmen pemerintah.
Warga melakukan isi ulang pulsa listrik di salah satu perumahan, Jakarta/ Antara-M Agung Rajasa
Warga melakukan isi ulang pulsa listrik di salah satu perumahan, Jakarta/ Antara-M Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA--PT PLN (Persero) memastikan bahwa tarif listrik tidak akan naik hingga akhir tahun ini sejalan dengan komitmen pemerintah.

Plt. Direktur Utama PLN Djoko Rahardjo Abumanan mengatakan pihaknya hanya berperan sebagai pelaksana sehingga keputusan final berada di tangan pemerintah.

Sejauh ini, dia mengungkapkan kondisi keuangan PLN masih mencukupi sepanjang harga minyak, nilai tukar rupiah, dan inflasi terjaga.

"Itu sebenarnya kiri-kanan yah, kalau ke pelanggan tidak naik, harus dicover oleh pemerintah. Kalau pemerintah kan posisinya di tengah, pemerintah sebagai operator. Intinya seperti itu," jelasnya di Istana Kepresidenan, Senin (29/7/2019).

Jika melihat tren saat ini, dia mengakui tren nilai tukar rupiah masih di kisaran Rp13.900 dan harga minyak pun masih cukup terkendali sehingga peluang untuk menahan harga masih besar.

"Kemarin kan Rp15.000 [nilai tukar rupiah], ICP [Indonesia crude price] naik US$49 dipatok sampai di atas US$70. Ini kondisi makro, kondisi acuan APBN. Kalau PLN sama saja," ujarnya.

Djoko menambahkan, yang menjadi persoalan adalah kondisi 2022 dan sejauh mana kemampuan pemerintah untuk pengalokasian subsidi energi pada 2022. "Apa mau ke energi atau pembangunan? Kebijakan," ucapnya.

Seperti diketahui, realisasi subisdi pada 2018 mengalami kenaikan yang cukup signifikan akibat terpapar lonjakan harga minyak mentah yang naik signifikan. Alhasil, pemerintah kemudian memutuskan untuk menambah alokasi anggaran untuk subsidi Solar yang kemudian mengakibatkan realisasi subsidi mencapai Rp156 triliun menjadi Rp216 triliun.

Adapun dengan penetapan harga ICP yang masih pada kisaran US$60 - US$70 dan perkiraan lifting migas di angka 1,8 juta - 2,1 juta barel akibat ketidakstabilan global dan produksi dalam negeri bakal memengaruhi kebijakan pengalokasian subsidi energi mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper