Bisnis.com, JAKARTA--Aliran hot money yang kabur dari pasar saham dan surat berharga negara mencapai Rp11.3 triliun dalam empat hari terakhir hingga 16 Mei 2019.
Aliran keluar tersebut terdiri dari Rp7,6 triliun nett sell di pasar SBN dan Rp4,1 triliun di pasar saham.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan dana yang keluar dari pasar keuangan tersebut merupakan investasi dari investor jangka pendek.
"Dalam dua minggu ini keluar karena merespons ketidakpastian pasar keuangan di global dan tentu saja, itu juga memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah," papar Perry, Jumat (17/05/2019).
Di pasar SBN, dampak outflow mendongkrak imbal hasil surat utang bertenor 10 tahun ke level 8,02 persen.
Perry menilai perkembangan pasar merupakan dampak ketidakpastian pasar keuangan global yang terus meningkat terutama karena ketegangan perdagangan antara Amerika dengan China.
Baca Juga
Alhasil, kondisi ini menimbulkan pergeseran modal yang semula masuk ke emerging market termasuk Indonesia, kembali terbang ke negara maju.
"Kami harapkan nanti pada saat G20 Leaders Meeting di Osaka pada 22 Juni, semoga terjadi kesepakatan antara AS dan Tiongkok," ujar Perry. Dengan begitu, masalah perang dagang dapat diselesaikan segera.
Di tengah tekanan ini, Perry menegaskan BI selalu berada di pasar untuk melakukan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dengan intervensi ganda, baik melalui pasar valas di spot maupun DNDF.
BI juga melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder dengan tetap menjaga mekanisme pasar.
"Itu yang terus kita lakukan sehingga kita juga selain memasok di valasnya juga membeli SBN dari pasar sekunder," ujar Perry.