Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi : BPS Umumkan Indeks Harga Konsumen Juli Siang Ini

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan perkembangan indeks harga konsumen/inflasi Juli 2017 pada hari ini, Selasa, pukul 11:00 WIB di Kantor Pusat BPS, Jakarta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto/JIBI/Bisnis-Dwi Prasetya
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto/JIBI/Bisnis-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA--Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan perkembangan indeks harga konsumen/inflasi Juli 2017 pada hari ini, Selasa, pukul 11:00 WIB di Kantor Pusat BPS, Jakarta.

Selain pengumuman indeks harga konsumen (IHK), BPS juga akan mengumumkan indeks harga perdagangan besar Juli 2017, perkembangan nilai tukar petani dan harga gabah Juli 2017, perkembangan pariwisata dan transportasi Juni 2017.

Pengumuman lainnya adalah pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang serta mikro dan kecil triwulan II-2017, dan perkembangan indeks harga produsen triwulan II-2017.

Laju inflasi pada Juli 2017 diperkirakan akan mencapai rata-rata 0,24%, jauh lebih rendah inflasi rata-rata di bulan Juli dalam kurun enam tahun terakhir.

Seperti diketahui, data BPS inflasi Juli 2016 mencapai 0,69%, Juli 2015 0,93%, Juli 2014 0,93%, Juli 2013 sebesar 3,29% dan Juli 2012 0,7%. Survei Bisnis per 31 Juli 2017 terhadap sejumlah ekonom menunjukan proyeksi inflasi Juli akan mencapai median 0,22% (month-to-month/mtm) dan 3,88% (year-on-year/yoy). Sementara itu, nilai mean mencapai 0,24% mtm dan 3,91% yoy.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengungkapkan inflasi inti pada Juli 2017 yang masih akan rendah harus diwaspadai karena hal ini mencerminkan agregat pelemahan agregat permintaan.

Menurutnya, lemahnya permintaan masih disebabkan oleh konsumsi yang menurun akibat daya beli masyarakat 'melempem'.

"Tren inflasi volatile food [harga pangan bergejolak] itu harus dikonfirmasi dengan core inflation [inflasi inti]. Kalau core inflationnya stabil, tapi volatile foodnya rendah memang terkendali bahan pangan," papar Bhima kepada Bisnis, Senin (31/7).

Jika sebaliknya harga pangan bergejolak rendah dan inflasi inti jatuh, dia menegaskan kondisi ini bisa menjadi pertanda agregat permintaan yang anjlok alias tidak ada daya beli.

"Era inflasi rendah justru berbahaya bagi perekonomian kita yang 57% disusun oleh konsumsi rumah tangga," tambahnya.

Dia mengkhawatirkan belanja subsidi energi pemerintah yang rentan meleset karena kenaikan harga minyak dinilai cukup 'liar'.

Jika kenaikan terus bergulir, Bhima memperkirakan pemerintah akan melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) pada September mendatang.

Akibatnya masyarakat yang belum pulih daya belinya akibat penyesuaian tarif listrik akan kembali terhimpit dengan penyesuaian harga BBM. "Wah, imbasnya panjang lagi, makanya prediksi inflasi sampai akhir tahun lebih dari 4,5%," kata Bhima.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper