Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya mendorong maskapai penerbangan dalam negeri menambah sistem maintenance repair and overhaul dalam industri bisnis penerbangannya.
Asisten Deputi Jasa Kemaritiman dari Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Maritim Okto Irianto menyatakan era Masyarakat Ekonomi Asean menuntut maskapai penerbangan lokal melakukan ekspansi ke luar negeri.
Sejak kebijakan open sky, ujarnya, Kemenko Maritim sangat peduli pada pengembangan bisnis penerbangan ditunjang dengan fasilitas servis mesin yang memadai.
"Dengan pemberlakuan open sky ini, maka mau tak mau kita membutuhkan semakin banyak pesawat, mau tak mau MRO ini harus ditambah dan berkembang bisnis untuk mengakomodir peluang," tutur Okto kepada Bisnis, Jumat (25/2/2016).
Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur Batam Aero Technic (BAT) Romdani menyatakan bengkel maskapai penerbangan Lion Air Group akan mengembangkan hangar tambahan untuk pesawat pada bulan Juni mendatang.
"Kami membangun hangar lagi untuk perawatan body pesawat pada bulan Juni, nanti hangar itu juga untuk mengecat pesawat yang sudah ada, pesawatnya nanti semua diurus di Batam," tutur Romdani.
Tak hanya itu, Romdani mengakui bahwa sebelumnya Lion Air Group memang berniat membuka area hangar baru di Surabaya, Jawa Timur.
Tujuannya agar pusat pemeliharaan pesawat tak terpusat di Batam, Kepulauan Riau.
Kebutuhan penambahan hangar ini mengingat Lion Air Group saat ini memiliki sekitar 600 pesawat, dan berniat menggenapinya menjadi 700 pesawat dengan rute penerbangan hingga ke berbagai negara Asia Tenggara.
Selama ini penerbangan di luar Indonesia sudah diakomodir oleh anak perusahaan Lion Air Group seperti Malindo untuk penerbangan di Malaysia, dan Thai Air Lion untuk penerbangan ke Thailand.
"Rencananya nanti perluasan hangar di Batam ini untuk memuat 2 pesawat tipe boeing 737, jadi luasnya sekitar 40x60 meter persegi," tutur Romdani.
Romdani menyebut total investasi yang dikeluarkan untuk pengembangan hangar Lion Air Group ini sekitar US$ 500 juta atau sekitar Rp7 triliun sampai 2025.
Tahun ini, Lion Air Group baru menginvestasikan kebutuhan pembangunan hangar dan tanah sekitar US$ 40 juta.
Sisanya akan dirampungkan dalam 10 tahun ke depan, jelasnya.