Bisnis.com, JAKARTA—Implementasi beragam kebijakan ekonomi pemerintah diharapkan mulai memperbaiki kondisi industri manufaktur Indonesia yang kembali memburuk pada Desember 2015.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI yang diterbitkan Selasa (1/12/2015) berada di level 47,8 pada Desember, meningkat dibandingkan 46,9 pada November.
Data PMI menggambarkan perkembangan kinerja industri manufaktur dengan angka 50 atau lebih menunjukkan ekspansi. Indeks manufaktur Tanah Air telah berkontraksi selama 15 bulan berturut-turut.
Pabrik-pabrik di Tanah Air masih merasakan tekanan inflasi dari pelemahan rupiah. Produsen merasakan beban dari harga bahan baku dan barang produksi yang masih terus meningkat di tengah penurunan tajam harga minyak dan permintaan yang lemah.
“Rupiah yang lemah membuat harga bahan baku impor naik. Permintaan global yang masih lesu membuat permintaan atas barang produksi Indonesia merosot lagi pada Desember,” kata Pollyna de Lima, ekonom dari Markit.
Dia berharap rangkaian paket kebijakan ekonomi yang telah diumumkan pemerintah dalam beberapa bulan terakhir mulai berdampak pada kinerja industri manufaktur pada 2016.
“Pertumbuhan diharapkan mulai terjadi dalam setahun ke depan jika kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan diimplementasikan dengan sukses. Ini bisa jadi titik balik ekonomi Indonesia,” kata de Lima.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI
Bulan | Indeks PMI |
Desember | 47,8 |
November | 46,9 |
Oktober | 47,8 |
September | 47,4 |
Agustus | 48,4 |
Sumber: Markit Economics