Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDEKS MANUFAKTUR Indonesia: Jeblok di 2015, Paket Kebijakan Bisa Dongkrak Kinerja 2016

Nikkei Indonesia Manufacturing PMI yang diterbitkan Selasa (1/12/2015) berada di level 47,8 pada Desember, meningkat dibandingkan 46,9 pada November.
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan ketika meresmikan pengoperasian Pabrik V Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (19/11). /Antara
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan ketika meresmikan pengoperasian Pabrik V Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (19/11). /Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Implementasi beragam kebijakan ekonomi pemerintah diharapkan mulai memperbaiki kondisi industri manufaktur Indonesia yang kembali memburuk pada Desember 2015.

Nikkei Indonesia Manufacturing PMI yang diterbitkan Selasa (1/12/2015) berada di level 47,8 pada Desember, meningkat dibandingkan 46,9 pada November.

Data PMI menggambarkan perkembangan kinerja industri manufaktur dengan angka 50 atau lebih menunjukkan ekspansi. Indeks manufaktur Tanah Air telah berkontraksi selama 15 bulan berturut-turut.

Pabrik-pabrik di Tanah Air masih merasakan tekanan inflasi dari pelemahan rupiah. Produsen merasakan beban dari harga bahan baku dan barang produksi yang masih terus meningkat di tengah penurunan tajam harga minyak dan permintaan yang lemah.

“Rupiah yang lemah membuat harga bahan baku impor naik. Permintaan global yang masih lesu  membuat permintaan atas barang produksi Indonesia merosot lagi pada Desember,” kata Pollyna de Lima, ekonom dari Markit.

Dia berharap rangkaian paket kebijakan ekonomi yang telah diumumkan pemerintah dalam beberapa bulan terakhir mulai berdampak pada kinerja industri manufaktur pada 2016.

“Pertumbuhan diharapkan mulai terjadi dalam setahun ke depan jika kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan diimplementasikan dengan sukses. Ini bisa jadi titik balik ekonomi Indonesia,” kata de Lima.

 Nikkei Indonesia Manufacturing PMI 

Bulan

Indeks PMI

Desember

47,8

November

46,9

Oktober

47,8

September

47,4

Agustus

48,4

Sumber: Markit Economics


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper