Bisnis.com, JAKARTA--Ketua DPD Organda DKI Jakarta Shafruan Sinungan menilai pengusaha Metro Mini sulit memperoleh modal baru akibat terpecahnya beberapa kelompok pengusaha angkutan dengan warna khas merah-oranye dan biru itu membuat kepercayaan lembaga keuangan menurun.
Metro Mini yang beredar saat ini, jelasnya, merupakan rekondisi dari yang sebelumnya.
Tarif dulunya juga sangat tidak sesuai, terlalu rendah. Untuk melakukan peremajaan tidak seimbang. Uang muka enggak sanggup, rekondisi terus, jelasnya usai Musyawarah Kerja DPD Organda DKI di Jakarta, Senin (7/12/2015).
Tarif yang berlaku untuk Kopaja, Metro Mini, Kopami, dan Mikrolet sebesar Rp4.000, sambungnya, masih belum mengacu pada angka ideal agar pengusaha angkutan dapat melakukan percepatan revitalisasi.
Dia menyebutkan tarif yang layak untuk menjalankan bus sedang di Ibu Kota sebesar Rp5.700. Sedangkan, angkutan umum di Jakarta tidak memperoleh subsidi tarif.
Saat ini, Organda DKI tengah berupaya untuk merevitalisasi armada bus kota dimulai dengan Kopaja dengan fasilitas air conditioner (AC) dan terintegrasi dengan jalur khusus bus (busway). Pada Desember ini, Organda DKI bakal merilis 150 unit Kopaja AC yang telah tertahan 1,5 tahun untuk peluncurannya.
Kalau Kopaja AC yang sudah jalan tarifnya Rp6.000 dari yang sebelumnya Rp5.000. Padahal dalam aturan gubernur itu Rp7.000. Tapi, saya yakin penumpang enggak sanggup, ucapnya.