Bisnis.com, JAKARTA – Trans Pacific Partnership (TPP) menawarkan sejumlah peluang menyangkut akses pasar barang, jasa, serta investasi.
Namun di sisi lain, keikutsertaan dalam forum tersebut juga harus diikuti dengan penyesuaian yang lebih berani dibanding forum-forum kerja sama internasional lainnya.
Denny W Kurnia, Direktur Kerja Sama APEC dan dan Organisasi Internasional Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan mengatakan untuk bergabung dalam TPP, Indonesia membutuhkan penyesuaian domestik, perubahan regulasi, termasuk Undang-undang agar sesuai dengan level kesepakatan TPP.
“Mungkin yang menyangkut aturan investasi, pembelian pemerintah, BUMN, tenaga kerja, lingkungan, HaKI [hak atas kekayaan intelektual] perlu didandani sedikit-banyak. Harus ada offer, yang nampaknya akan lebih berani dibanding offer kita selama ini di forum-forum lain,” kata Denny, Rabu (28/10/2015).
Indonesia membutuhkan aturan yang lebih terbuka untuk sektor-sektor tersebut. Denny menilai, untuk sektor tenaga kerja, penyesuaian regulasi dengan aturan internasional akan lebih menguntungkan buruh. Penyesuaian regulasi lingkungan juga menguntungkan Indonesia.
Terkait BUMN, lanjutnya, memang TPP meminta pengurangan hak-hak eksklusif BUMN. Secara jangka panjang hal itu bagus untuk keuangan negara, daya saing, serta efisiensi BUMN tersebut. Sementara untuk HAKI, penyesuaian tersebut akan menguntungkan untuk para inovator.
Selama ini, lanjutnya, memang terdapat kritik terhadap HAKI tersebut yang dinilai mengurangi hak pengguna (masyarakat). Namun, menurutnya perlu dibuktikan bahwa peningkatan hak pemilik HAKI berarti penurunan hak pengguna.
Denny mengatakan hambatan yang dihadapi untuk masuk ke dalam TPP adalah perubahan dari dalam negeri. Selama ini perubahan dan tekanan dari luar seringkali dilihat sebagai ancaman.
“Panik terhadap perubahan. Padahal perubahan adalah satu-satunnya jalan yang harus dilakukan organisme apapun agar bisa beradaptasi terhadap perkembangan dunia. Kalau tidak berubah, jadi irrelevant dong ya?”