Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Kian Tinggalkan Industri Hasil Tembakau

Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) menyatakan kebijakan pemerintah semakin tidak mendukung pertumbuhan industri hasil tembakau nasional.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA— Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) menyatakan kebijakan pemerintah semakin tidak mendukung pertumbuhan industri hasil tembakau nasional.

Ketua Harian Gaprindo Muhaimin Moeftie mengatakan kebijakan tarif cukai, pencantuman gambar seram dan pembatasan media promosi dipastikan akan menghambat pertumbuhan industri hasil tembakau nasional (IHT).

Menurutnya, tahun lalu produksi IHT tahun lalu mencapai 334,4 miliar batang, turun dari realisasi 2013 sebesar 339,6 miliar.

“Apalagi kalau tarif cukai dinaikkan lagi, ditakutkan seperti 2003 kinerja kita turun drastis. Jelas sekarang berat untuk kami jika pemerintah seperti ini,” katanya, Rabu (11/3).

Beberapa faktor yang mengakibatkan penurunan IHT di antaranya, penerapan ketentuan peringatan kesehatan bergambar, implementasi pajak daerah, pergeseran preferensi konsumen yang mengakibatkan penutupan pabrik dan PHK masal di segmen sigaret kretek tangan (SKT), serta diakhiri dengan pengumuman kenaikan tarif cukai untuk Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2015.

Pasar rokok di Indonesia, menurutnya, masih didominasi oleh rokok kretek, baik sigaret kretek tangan (SKT) maupun sigaret kretek mesin (SKM) yang mencapai 94% dari total volume produksi. Sementara itu, kontribusi segmen sigaret putih mesin (SPM) kurang dari 6%.

“Khusus di segmen SPM, dari 2009 hingga 2014, volume produksi tidak pernah melampaui 6,5% dari total industri rokok nasional. Segmen SPM terbilang relatif kecil bahkan, volumenya terus mengalami penurunan sejak 2013,” katanya.

Dia menambahkan pasar segmen SPM pernah berkontribusi 40% dari total volume produksi industri nasional pada 1980.

Akan tetapi, dengan semakin populernya rokok kretek di Indonesia, khususnya segmen SKM, volume produksi segmen SPM tergerus dari tahun ke tahun, hingga mencapai 5,7% dari total volume produksi nasional pada 2014.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper