Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mendorong pelaku usaha kelapa sawit untuk ikut berkontribusi terhadap rencana swasembada daging nasional yang ditargetkan tercapai tahun ini dengan mengaplikasikan pola integrasi peternakan ternak dan perkebunan kelapa sawit.
Sampai akhir 2013, tercatat luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 10,01 juta ha, yang apabila integrasi sawit-sapi bisa dipalikasikan secara optimal akan membantu pencapaian produksi sapi hingga 10 juta ekor.
“Rasio optimalnya itu 1 ekor sapi per 1 ha kebun sawit, atau paling banyak 2 ekor/ha,” kata Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro kepada Bisnis, Jumat (4/4/2014).
Syukur menjelaskan, integrasi ini sebenarnya telah diuji coba dan memberikan efek positif bagi pelaku usaha perkebunan baik dalam hal penggemukan sapi maupun peningkatan produktivitas lahan tanam kelapa sawit.
Hal ini dimungkinkan, paparnya, karena kotoran sapi bisa digunakan sebagai pupuk kompos atau pengganti pupuk organik lainnya, sementara limbah perkebunan seperti daun dan ranting beserta gulma yang berada di sekitar pepohanan dapat menjadi pakan ternak.
Bahkan, kata Syukur, pemilik perkebunan akan menikmati peningkatan produktivitas areal lahan kelapa sawit bisa sampai 30%. Di sisi lain, ujarnya, biaya pakan ternak lebih efisien sampai 45%. “Data kami terakhir, tingkat pertambahan bobot sapi di areal lahan kelapa sawit mencapai 0,8-1 kg/hari,” ungkapnya.
Namun, Syukur menjelaskan bahwa ada beberapa kendala pokok yang menyebabkan integrasi itu tidak jua terlaksana, utamanya adalah mengubah budaya kebun menjadi ternak. Artinya, dengan adanya peternakan, pelaku usaha diminta lebih intens dan telaten turun ke lapangan.
Untuk itu, dia telah menginstruksikan Dinas Peternakan tingkat I dan II untuk membantu secara teknis pemilik kebun kelapa sawit yang tertarik mengaplikasikan pola integrasi sawit-sapi ini.