Bisnis.com, JAKARTA—Badan Urusan Logistik (Bulog) yakin beras tidak akan mengalami kelangkaan ketika Pemilihan Umum Legislatif 2014 karena pada bulan-bulan itu berbarengan dengan panen raya.
“Justru yang menjadi kekhawatiran bukan pemilu, tetapi tiga variabel lain, yaitu perkiraan produksi, harga, dan stok. Kami selalu ancang-ancang impor, tapi diputuskan nanti jadi [impor] atau tidak,” tutur Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso kepada Bisnis, Rabu (19/3/2014).
Bulog, kata Sutarto, selalu menyerap jumlah beras setara dengan berapapun yang dikeluarkan setiap tahunnya. Tahun ini, Bulog menargetkan menyerap beras 3,3 juta ton, khususnya dari petani lokal di 5 besar daerah penghasil, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.
Namun, sampai pertengahan Maret, perusahaan umum ini masih menahan diri untuk melakukan pengadaan yang disebabkan oleh harga beras yang masih jauh berada di atas harga pokok pembelian (HPP) di kisaran Rp8.200-Rp8.300/kg.
“Harga tinggi ya memang karena Januari-Februari itu paceklik. Pasti yang panen duluan akan terserap pasar. Jadi kalau sebentar lagi harga turun, itu bukan berarti petani rugi,” katanya.
