Bisnis.com, JAKARTA - Terbatasnya jumlah pusat perbelanjaan di Timur Jakarta dinilai menjadi potensi bagi pengembang untuk membangun mal baru di kawasan tersebut.
Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan penyebaran mal di Jakarta masih terfokus di Jakarta Pusat.
“Di Timur itu masih kurang. Yang terpenting adalah keberadaan mal seperti apa yang akan dikembangkan. Ini mengikuti kondisi masyarakat di sekitar kawasan tersebut,” ujar Ferry saat berkunjung ke Redaksi Bisnis Indonesia, Selasa (29/10/2013).
Menurutnya, jika Jakarta mau dijadikan sebagai kota destinasi belanja, rasio jumlah mal yang ada saat ini sebetulnya masih sangat kurang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk.
Bila dibandingkan dengan Singapura, sambung Ferry, jumlah mal di Jakarta masih sangat sedikit. Padahal, dia menilai Jakarta berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan destinasi belanja.
“Memang yang menjadi kendala itu kan selalu urusan traffic. Ini sangat tergantung dengan kemampuan pemerintah mengatasi masalah keterbatasan infrastruktur,” tambahnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pembangunan mal, katanya, adalah penyebaran pembangunan yang didukung dengan perencanaan tata kota yang memadai.
Sayangnya, sambung Ketua Umum DPP Realestat Indonesia Setyo Maharso, sejak masa pemerintahan Fauzi Bowo, diberlakukan pembatasan pembangunan mal baru di Jakarta.
“Karena alasan kemacetan, diberlakukan moratorium. Pada dasarnya potensi masih ada, khususnya di bagian Timur,” katanya.