BISNIS.COM, JAKARTA--Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) optimistis omzet industri selama bulan puasa dan Lebaran mencapai Rp150 triliun. Sepanjang tahun ini, Gapmmi memproyeksikan pertumbuhan omzet 8% dari realisasi tahun lalu Rp700 triliun.
Ketua Gapmmi Adhi Lukman menyebutkan momen bulan puasa dan Lebaran diharapkan mampu menjadi pembangkit pertumbuhan industri makanan dan minuman dari kelesuan pada kuartal I/2013 akibat kekurangan pasokan bahan baku.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri makanan pada kuartal I/2013 hanya tumbuh 0,3% dan minuman turun 0,08% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dibandingkan dengan kuartal IV/2012, keseluruhan makanan dan minuman turun 2,25%. Industri makanan turun 12,47% dan minuman turun 4,81%.
"Untuk kuartal II/2013 masalah bahan baku akibat regulasi pembatasan impor holtikultura sudah dapat teratasi, dan kami targetkan mampu tumbuh 5% hingga 6%. Hanya tinggal menunggu momen puasa dan Lebaran," ujar Adhi pada Senin (24/6/2013).
Adhi memaparkan alur pertumbuhan terbesar industri makanan dan minuman akan terjadi pada kuartal III/2013 dan kuartal IV/2013. Adapun terjadi pergeseran omzet yakni 45% sebelum Lebaran, dan 55% setelah Lebaran.
Selain karena waktu Lebaran yang bergeser, penaikan tarif dasar listrik, upah buruh, dan bahan bakar minyak subsidi juga memengaruhi pergeseran omzet industri makanan dan minuman sepanjang tahun ini.
Menghadapi peningkatan permintaan produk makanan dan minuman menjelang puasa dan Lebaran, Sekretaris Jenderal Gapmmi Franky Sibarani mengklaim industri telah mempersiapkan diri dengan peningkatan kapasitas produksi rata-rata sebesar 30%.
Untuk produk tertentu yang tergantung momen seperti biskuit dan sirup, kapasitas produksinya bahkan telah ditingkatkan 100%. Pengusaha juga menaikkan stok 50% di depo daerah untuk mengantisipasi masalah transportasi dan larangan penyebrangan pada H -7 melalui berbagai pelabuhan karena biasanya hanya boleh dilalui pemudik dan bahan sembako.