BISNIS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia memperkirakan kenaikan tarif angkutan akibat penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi akan menyumbang 0,82% terhadap inflasi.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo memaparkan kenaikan tarif terjadi pada hampir semua moda angkutan, baik darat maupun laut.
Kenaikan tertinggi terjadi pada angkutan dalam kota 27,93%, disusul taksi 26,13%, angkutan antarkota 19%, yang ketiganya memberikan sumbangan 0,82% terhadap inflasi.
Adapun tarif angkutan laut mengalami kenaikan tarif 2,86%, angkutan sungai, danau dan penyeberangan (ASDP) 1,16%, dan tarif kereta api 0,07%. Namun, ketiganya hampir tidak memberi andil terhadap inflasi.
“Kenaikan harga BBM akan memberikan dampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsungnya ke tarif angkutan dan komoditas lain, termasuk volatile food,” katanya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR membahas asumsi makro dan pokok kebijakan fiskal RAPBN-P 2013, Senin (27/5/2013).
Agus menyampaikan dampak langsung kenaikan bensin 44,44% menjadi Rp6.500 per liter dan solar 22,22% menjadi Rp5.500 per liter akan memberikan sumbangan 1,23% terhadap inflasi.
Adapun dampak tidak langsung lainnya terjadi dalam bentuk kenaikan harga komoditas sebagai imbas kenaikan tarif angkutan.
Komoditas pembentuk inflasi inti akan mengalami lonjakan harga 0,34%, sedangkan komoditas volatile food 0,95%. Keduanya akan memberikan sumbangan 0,4% terhadap inflasi.
“Secara keseluruhan, kenaikan harga BBM bersubsidi akan memberikan sumbangan 2,46% terhadap inflasi,” katanya.
BI memprediksi inflasi akan mencapai 7,76% hingga akhir 2013 jika rencana kenaikan harga BBM bersubsidi direalisasikan.
Semula bank sentral mematok inflasi terjaga di level 5,58% hingga akhir tahun, tanpa kenaikan harga BBM. (ra)