BISNIS.COM, JAKARTA— Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia memperkirakan jika kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang bakal diterapkan pemerintah diterapkan, akan menekan penjualan department store yang menjual pakaian dan aksesoris.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Pudjianto mengatakan imbas tersebut akan dirasakan makin besar oleh format toko modern tersebut, mengingat kemungkinan kenaikan harga premium akan berdekatan waktunya dengan awal tahun ajaran baru sekolah dan awal puasa.
“[Akibat kenaikan harga BBM], department store mestinya akan pengaruh,” kata Pudjianto yang dihubungi lewat telepon genggamnya hari ini, Kamis (16/5/2013).
Kalangan orangtua, tambahnya, tentunya akan mendahulukan penggunaan uangnya untuk biaya memasukkan anak sekolah atau mempersiapkan kebutuhan untuk puasa.
Tentunya prioritas belanja akan lebih pada kebutuhan sehari-hari, dibandingkan membeli produk fesyen seperti busana dan aksesorisnya.
“Timing-nya bersamaan dengan akan masuk sekolah dan puasa. Itu yang bisa menyebabkan penurunan penjualan, karena mereka mulai saving,” kata Pudjianto yang tidak menyebutkan kemungkinan persentase penurunan penjualan department store jika harga premium naik.
Seperti diketahui Bank Indonesia mengingatkan inflasi akan terkerek hingga 7,8% jika harga bahan bakar minyak bersubsidi dinaikkan. Tekanan inflasi akan berujung pada penyesuaian suku bunga, terkait kemungkinan harga premium dan solar naik jadi Rp 6.000 per liter, atau premium menjadi Rp 6.500 dan solar Rp 5.500 (Bisnis Indonesia, 16 Mei 2013). (ltc)