Bisnis.com, JAKARTA — Presiden terpilih AS Donald Trump kembali menyuarakan janji kampanyenya dengan meminta komitmen negara yang tergabung dalam BRICS, tidak akan bergerak untuk menciptakan mata uang baru sebagai alternatif dari penggunaan dolar AS.
Melansir dari Bloomberg, Senin (2/12/2024), Trump dalam sebuah postingan di jejaring sosial Truth Social, Sabtu (30/11/2024), mengingatkan ancamannya untuk memungut tarif 100% jika negara tersebut meninggalkan dolar AS.
Trump menuturkan dirinya tidak akan diam dengan adanya gagasan negara-negara BRICS (akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan)—diperluas dengan ikut serta Iran, Uni Emirat Arab, Ethiopia, dan Mesir—yang mencoba untuk menjauh dari dolar.
“Kami membutuhkan komitmen dari Negara-negara ini bahwa mereka tidak akan menciptakan mata uang BRICS baru, atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan dolar AS yang perkasa, atau, mereka akan menghadapi Tarif 100%, dan harus bersiap-siap untuk mengucapkan selamat tinggal pada penjualan ke dalam Perekonomian AS yang luar biasa,” ujarnya.
Trump dalam kampanyenya berjanji bahwa dia akan membuat biaya yang mahal bagi negara-negara untuk beralih dari dolar AS. Dirinya mengancam akan menggunakan tarif untuk memastikan mereka mematuhinya.
Ancaman yang dilontarkan melalui media sosial tersebut memiliki relevansi baru saat presiden terpilih ini bersiap untuk mengambil alih kekuasaan pada Januari mendatang.
Baca Juga
Presiden terpilih ini telah mengguncang pasar dunia menjelang masa jabatan keduanya dengan ancaman untuk memungut tarif tambahan 10% untuk barang-barang dari Cina dan 25% untuk semua produk dari Meksiko dan Kanada jika negara-negara tersebut tidak berbuat lebih banyak untuk membendung aliran obat-obatan terlarang dan migran tidak berdokumen melintasi perbatasan AS.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau bahkan telah bertemu dengan Trump pada hari Jumat lalu untuk membahas isu-isu perdagangan dan perbatasan dalam upaya untuk meredam ketegangan antara kedua negara sekutu setelah ancaman tarif.
Negara-negara lain mungkin mempertimbangkan cara-cara untuk mengurangi tarif Trump terhadap ekonomi mereka. Menurut JPMorgan Chase & Co, Cina dapat membiarkan yuan terdepresiasi sebanyak 10%—15% sebagai respons terhadap perang dagang yang dilancarkan Trump, menurut JPMorgan Chase & Co. Bank ini melihat depresiasi rata-rata 5% pada mata uang negara berkembang selama paruh pertama 2025.
Sebelumnya bersama para penasihat ekonominya, Trump telah mendiskusikan cara-cara untuk menghukum sekutu dan lawan yang berusaha untuk terlibat dalam perdagangan bilateral dalam mata uang selain dolar.
Langkah-langkah ini termasuk mempertimbangkan opsi-opsi seperti kontrol ekspor, biaya manipulasi mata uang dan pungutan pada perdagangan.
Trump telah lama menekankan bahwa dia ingin dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan dunia. Dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada Maret 2024 lalu, Trump menegaskan dirinya tidak akan mengizinkan negara-negara lain untuk meninggalkan dolar karena itu akan menjadi pukulan bagi negaranya.
Terlepas dari rencana BRICS, infrastruktur yang mendukung dolar, seperti sistem pembayaran lintas batas, kemungkinan akan memberikan mata uang AS keunggulan yang menentukan selama beberapa dekade mendatang.
Bukti dari hal ini muncul selama pertemuan blok ini pada bulan Oktober di Kazan yang diselenggarakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, seorang pejuang untuk mengurangi peran internasional dolar. Penyelenggara pertemuan mendorong para peserta untuk membawa mata uang dolar AS atau euro karena kartu Mastercard atau Visa non-Rusia tidak dapat digunakan di Rusia.
Para penasihat ekonomi Trump dan kampanyenya telah berbicara secara khusus mengenai penargetan upaya BRICS.
“Tidak ada peluang bagi BRICS untuk menggantikan Dolar AS dalam perdagangan internasional, dan setiap negara yang mencoba harus mengucapkan selamat tinggal kepada Amerika,” kata Trump pada hari Sabtu.