Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenkeu: Jangan Cuma Kerja Keras, Produktivitas Harus Ditingkatkan

Para pekerja atau buruh kerap bekerja keras tetapi tingkat produktivitas tetap terbilang rendah. Hal itu perlu dibenahi oleh para pemangku kebijakan.
Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Sudarto memberikan paparan dalam acara Social Security Summit 2024 di Jakarta, Selasa (26/11/2024). / dok. BPJS Ketenagakerjaan
Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Sudarto memberikan paparan dalam acara Social Security Summit 2024 di Jakarta, Selasa (26/11/2024). / dok. BPJS Ketenagakerjaan

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan mendorong para pemegang kepentingan untuk meningkatkan produktivitas pekerja Indonesia dan melindunginya melalui jaminan sosial.

Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Sudarto menjelaskan bahwa produktivitas atau output per jam kerja buruh Indonesia masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan Korea Selatan.

Padahal, sambungnya, level produktivitas Indonesia setara dengan level produktivitas Korea Selatan pada 1973. Saat itu, output perjam kerja Indonesia dan Korea Selatan sama-sama di level 100.

Pada 2019, produktivitas Korea Selatan (berada di level sekitar 1.100) sudah jauh lebih tinggi dari Indonesia (sekitar 400). Oleh sebab itu, Sudarto menyatakan buruh jangan hanya didorong bekerja keras tetapi juga meningkatkan produktivitasnya.

"Kita sepakat bahwa jaminan sosial, tadi kan motonya adalah Kerja Keras Tanpa Cemas, benar sekali itu, tapi jangan kita kerja keras saja, produktivitas harus kita tingkatkan," jelasnya dalam acara Social Security Summit 2024 di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (26/11/2024).

Sudarto mengingatkan bahwa Indonesia sedang menikmati bonus demografi. Oleh sebab itu, pemerintah ingin fokus meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satunya dengan peningkatan pendidikan.

Dia menekankan bahwa pemerintah mengalokasi anggaran pendidikan sebesar tak kurang dari Rp700 triliun pada 2025. Oleh sebab itu, dia meminta Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan, dan lembaga negara sejenis untuk menggunakan anggaran pendidikan tersebut dengan sebaik-baiknya.

Lebih lanjut, Sudarto turut menerangkan bahwa Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia masih di angka sekitar 6,2%. Menurutnya, angka ICOR bisa lebih rendah apabila produktivitas buruh Indonesia bisa digenjot.

"Sehingga dengan nilai investasi yang relatif sama, kita menghasilkan output yang lebih besar. Itu tidak ada pilihan bagi kita semuanya," ujar Sudarto.

ICOR sendiri merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa baik suatu negara memanfaatkan modal untuk buat membuat sesuatu.

Jika modal bisa dipakai untuk menghasilkan banyak barang/jasa dengan efisien maka nilai ICOR menjadi kecil. Sebaliknya, jika modal yang dihabiskan banyak namun barang/jasa yang dihasilkan cuma sedikit maka nilai ICOR menjadi besar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper