Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia Tingkatkan Kapasitas Pinjaman US$30 Miliar untuk Negara Berkembang

World Bank sepakat meningkatkan kapasitas pinjaman senilai US$30 miliar selama 10 tahun ke depan untuk membantu negara-negara berkembang.
Bank Dunia atau World Bank
Bank Dunia atau World Bank

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia atau World Bank sepakat untuk meningkatkan kapasitas pinjaman senilai US$30 miliar selama satu dekade ke depan untuk membantu negara-negara berkembang dalam menghadapi perubahan iklim dan tantangan-tantangan global lainnya.

Melansir Reuters, Selasa (15/10/2024), Presiden Bank Dunia Ajay Banga mengatakan mengatakan bahwa World Bank melalui unit International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) akan menurunkan rasio ekuitas terhadap pinjaman sebesar 1 poin persentase menjadi 18%.

“Kami telah mendapatkan persetujuan dewan hari ini untuk mengubah rasio ekuitas terhadap pinjaman kami turun satu poin persentase lagi, yang berarti hal ini membebaskan kapasitas dalam neraca kami untuk meminjamkan lebih banyak,” ujar Banga.

Sejalan dengan penurunan tersebut, Bank Dunia akan mengimplementasikan reformasi yang diuraikan dalam laporan independen yang dipersiapkan untuk negara-negara 20 dan yang diminta oleh para pemegang saham, termasuk Amerika Serikat (AS).

”Dengan langkah ini, ditambah dengan perubahan dalam kebijakan harga bank, Bank Dunia akan meningkatkan kapasitas pinjamannya dengan total US$150 miliar selama tujuh hingga 10 tahun ke depan melalui penyesuaian pada neraca keuangannya,” kata Banga.

Perubahan-perubahan ini terjadi pada saat tantangan-tantangan global yang semakin meningkat seperti perang di Ukraina, eskalasi tensi di Timur Tengah, memburuknya bencana iklim dan tingkat utang pemerintah yang sangat besar.

Banga mengatakan bahwa salah satu krisis terbesar yang membayangi adalah kesenjangan yang diperkirakan mencapai hampir 800 juta pekerjaan untuk 1,2 miliar orang yang akan mencapai usia kerja dalam 10 tahun ke depan.

Beberapa ahli memperkirakan negara-negara berkembang dan pasar negara berkembang akan membutuhkan setidaknya US$3 triliun setiap tahunnya untuk mengatasi pandemi, perubahan iklim, dan tantangan-tantangan lainnya di masa depan.

IBRD terakhir kali mengubah rasio ekuitas terhadap pinjaman menjadi 19% dari 20% pada tahun 2023.

Ketika ditanya apakah penyesuaian lebih lanjut mungkin dilakukan, Banga mengatakan bahwa Bank dunia akan terus mencari instrumen-instrumen baru seperti modal hibrida dan cara-cara untuk mengoptimalkan neraca keuangan.

Bank Dunia mengatakan bahwa mereka dapat mengurangi rasio ini sambil menjaga peringkat kredit AAA dengan memperkuat sistem pemantauan peringkat kreditnya dan menambahkan langkah-langkah kontingensi jika terjadi “stress event”.

Dewan Bank Dunia juga menyetujui perubahan-perubahan dalam struktur biayanya untuk mempermudah negara-negara peminjam mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang lebih murah, termasuk potongan harga untuk pinjaman-pinjaman jangka pendek, pinjaman-pinjaman tujuh tahun, dan memperluas harga terendah IBRD untuk negara-negara kecil yang lebih rentan, demikian ungkap Bank Dunia dalam sebuah pernyataan.

Banga mengatakan Bank Dunia juga mendorong untuk menambah dana kepada pemberi pinjaman untuk negara-negara termiskin di dunia, International Development Association (IDA), senilai lebih dari US$100 miliar dan menambahkan bahwa realistis untuk mencapai US$120 miliar, seperti yang disarankan oleh beberapa pemimpin Afrika dan Karibia.

“Jika kita bisa mencapai US$120 miliar, itu akan luar biasa, itulah yang sedang kami upayakan,” ujarnya.

Untuk mencapai jumlah tersebut, para pemegang saham Bank Dunia dan negara-negara donor harus meningkatkan kontribusi mereka dari US$24 miliar menjadi US$30 miliar, yang akan menjadi sebuah tantangan karena kenaikan nilai tukar dolar AS dan tantangan-tantangan fiskal dalam negeri.

“Kami berjuang sangat keras untuk melewati ini,” ujarnya, dengan mencatat bahwa Denmark telah mengumumkan kenaikan 40% dalam kontribusinya dan negara-negara lain termasuk Inggris dan Spanyol sedang mempertimbangkan kenaikan.

Ia mengatakan bahwa ia cukup optimis bahwa AS, negara dengan ekonomi terbesar di dunia, juga akan memberikan kontribusi dalam jumlah yang cukup besar, namun tidak memberikan rinciannya.

Banga mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Janet Yellen, yang memelopori seruan agar Bank Dunia meningkatkan upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebelum Banga datang ke bank tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper