Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Merger, Aset Pelindo Capai Rp123 Triliun

Pelindo mencatat pertumbuhan aset sebesar 6% atau mencapai Rp123,2 triliun setelah 3  tahun merger.
Aktifitas bongkar muat KM Selat Mas di Makassar New Port, Sulawesi Selatan (11/9/2022). Bisnis - Adam
Aktifitas bongkar muat KM Selat Mas di Makassar New Port, Sulawesi Selatan (11/9/2022). Bisnis - Adam

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo mencatat pertumbuhan aset sebesar 6% atau mencapai Rp123,2 triliun setelah 3  tahun merger. 

Direktur Utama PT Pelindo Arif Suhartono menuturkan beberapa proyek strategis seperti Makassar New Port dan Bali Maritime Tourism Hub berkontribusi pada peningkatan asset Pelindo. Tak hanya itu, ada juga Jalan Tol Cibitung-Cilincing, serta kelanjutan pembangunan Terminal Kalibaru di Jakarta.

Selain itu, Pelindo juga berhasil mengoperasikan Belawan New Container Terminal (BNCT) di Medan, yang berkontribusi positif terhadap pertumbuhan aset perusahaan.

“Tiga tahun pasca merger pada 1 Oktober 2021, aset Pelindo naik 6 % menjadi Rp123,2 triliun hingga pertengahan tahun ini,” ujarnya melalui keterangan resmi, Jumat (11/10/2024).

Arif memaparkan pasca merger, Pelindo memiliki fokus utama yang menjaga waktu singgah kapal (port stay) lebih efisien, perusahaan memastikan kelancaran jaringan logistik, khususnya untuk kapal kontainer yang terjadwal.

Saat ini ketika akan memperpendek port stay terjadi transformasi yang sangat fundamental, termasuk infrastruktur, organisasi, dan sumber daya manusia.

"Logistik maritim, khususnya perjalanan kapal kontainer, sangat terjadwal sejak kapal datang dan pergi. Di pelabuhan berikutnya juga demikian, jadi jika tidak stabil, rencana seluruh jaringan kapal akan terganggu. Ini yang harus kita jaga," jelasnya.

Melalui standardisasi, lanjutnya, Pelindo pasca penggabungan telah berhasil melakukan perbaikan proses berbasis planning & control, pengembangan aspek sumber daya manusia, serta perbaikan infrastruktur.

Pelindo juga melakukan berbagai upaya dalam peningkatan produktivitas bongkar muat, dimana tercatat sebagai contoh di Pelabuhan Sorong produktivitas bongkar muat melonjak dari semula 10 BSH (Box per Ship per Hour) menjadi rata-rata 25 BSH.

Standardisasi layanan peti kemas dan non peti kemas telah berhasil menurunkan port stay sehingga dapat berkontribusi pada penurunan biaya logistik nasional.

Sebelum merger, sebagai contoh waktu singgah kapal di pelabuhan Sorong bisa mencapai 72 jam. Kini, berkat transformasi yang dilakukan, port stay dapat mencapai rata-rata 24 jam. Mengapa ini penting? Mempersingkat port stay bukan hanya tentang mempercepat aktivitas bongkar muat, tapi juga menjaga stabilitas logistik maritim.

Kapal yang lebih cepat sandar dan pergi memastikan rantai pasok berjalan mulus tanpa penundaan, yang pada akhirnya menghindari gangguan perencanaan kapal dan efisiensi seluruh jaringan pelabuhan.

Asisten Deputi Bidang Jasa Logistik Kementerian BUMN Desty Arlaini mengatakan setelah merger disahkan, tidak ada masa untuk healing sejenak, karena merger itu bukan tujuan akhir.

“Merger adalah titik awal kita untuk melakukan transformasi dan yang namanya transformasi tidak pernah ada kata akhirnya," ujar Desty.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper