Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenkeu Tegaskan Pengurangan Subsidi Energi 2025 Bukan karena Pembatasan BBM

Pengurangan subsidi energi dalam APBN 2025 dari rencana awal merupakan efek dari turunnya asumsi nilai tukar rupiah tahun depan, yakni Rp16.000 per dolar AS.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, Senin (24/6/2024).
Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, Senin (24/6/2024).

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mengungkapkan rencana pengurangan subsidi energi dalam APBN 2025 senilai Rp1,1 triliun, dari Rp204,5 menjadi Rp203,4 triliun, murni karena perubahan asumsi nilai tukar atau kurs rupiah.

Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BKF Wahyu Utomo menegaskan rancangan tersebut tidak mengarah terhadap rencana pembatasan pembelian pertalite dan solar subsidi. 

"2025 itu kan hanya karena faktor penyesuaian kurs saja. Belum ada arah ke sana [pembatasan pembelian BBM]," ujarnya usai Rapat Kerja Badan Anggaran dengan Kementerian Keuangan, Rabu (4/9/2024). 

Sebagaimana asumsi nilai tukar yang telah disepakati, terjadi perubahan dari Rp16.100 per dolar AS menjadi Rp16.000 per dolar AS. 

Wahyu menegaskan bahwa bila mana ada pembatasan yang terjadi, dimaksudkan untuk mendorong agar subsidi tepat sasaran. 

Sebagaimana diketahui, pada akhir Agustus lalu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membenarkan adanya pembatasan kriteria penerima BBM bersubsidi Pertalite dan Solar rencananya bakal diterapkan mulai 1 Oktober 2024.

Adapun dalam Raker Banggar tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan terdapat sedikit perubahan dari perhitungan subsidi energi dalam RAPBN 2025 dan Kesepakatan Panja A pekan lalu. 

"Kalau kita lihat subsidi energi BBM tertentu dan LPG 3 kg terjadi penurunan dari Rp114,3 triliun menjadi Rp113,7 triliun, Ini terutama untuk jenis BBM tertentu ada penurunan Rp40 miliar, karena tadi perubahan dari kurs," ungkapnya.  

Sementara subsidi LPG 3 kg turun Rp0,6 triliun atau Rp60 miliar, yang juga dipengaruhi oleh perubahan kurs dalam APBN 2025. 

Untuk subsidi listrik, terjadi penurunan dari Rp90,2 triliun ke Rp89,7 triliun atau turun Rp0,5 triliun.

"Dengan demikian untuk total subsidi energi kesepakatan di Panja A adalah Rp203,4 triliun. Ini turun Rp1,1 triliun dari yang kami usulkan di dalam RAPBN 2025. Ini lebih karena tadi kursnya Rp16.100 menjadi Rp16.000," tegasnya.

Nilai tukar rupiah hari ini, Rabu (4/9/2024) dibuka menguat 0,12% ke level Rp15.508 per dolar AS. Penguatan berlanjut hingga pukul 14.00 WIB, yakni kurs rupiah menjadi Rp15.490 per dolar AS.

Namun demikian, adanya dinamika ekonomi global hingga berbagai ketidakpastian membuat pemerintah mematok asumsi nilai tukar rupiah di Rp16.000 per dolar AS untuk tahun depan. Asumsi itu nantinya dapat diubah sesuai perkembangan kondisi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper