Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo Soroti Data Tenaga Kerja RI: Produktivitas Turun, Mayoritas Pekerja Informal

Apindo menyoroti data tenaga kerja RI, salah satunya mengenai produktivitas yang menurun serta jumlah pekerja informal lebih tinggi ketimbang formal.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta W. Kamdani memberikan paparan saat Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 di Jakarta, Senin (29/7/2024). Bisnis/Abdurachman
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta W. Kamdani memberikan paparan saat Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 di Jakarta, Senin (29/7/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mewanti-wanti masalah dalam data ketenagakerjaan RI yang walaupun secara persentase membaik, tetapi nyatanya produktivitas justru menurun dan mayoritas terisi oleh pekerja informal.

Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani menyampaikan pada dasarnya kondisi ketenagakerjaan memberikan dampak yang besar terhadap investasi. 

“Jadi, masalah adalah kualitas pekerjaan, produktivitas dan potensi penghasilan pekerja. Dari data daya beli masyarakat fragile sekali terhadap tekanan-tekanan ekonomi khususnya dari kelas menengah bawah,” ucapnya dalam Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 di Raffles Hotel, Senin (29/7/2024). 

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia per Februari 2024 cenderung mengalami tren penurunan sejak masa pandemi Covid-19. 

Lantas, kondisi tersebut bukan menjadi masalah, Shinta justru menggarisbawahi tren pekerja penuh waktu yang mengalami penurunan. 

Tercatat jumlah pekerja penuh waktu pada Februari 2024 hanya sebesar 65,6% dan tercatat terendah sejak pandemi Covid-19. Capaian ini juga turun dari periode Februari 2023 yang sebesar 66,48%. 

Kinerja tersebut sejalan dengan tren spekerja Setengah Pengangguran yang naik signifikan ke level 8,52%, dari periode Februari 2023 di angka 6,91%.

Untuk itu, Shinta menekankan hal yang harus jadi perhatian bagi dunia usaha adalah rasio antara informal dan formal sektor. Pasalnya, pekerja informal masih jauh lebih tinggi di angka 59,17%, dari pada pekerja formal yang sejumlah 40,83% pada Februari 2024. 

“Data-data tersebut ini jelas mengindikasikan tingkat produktivitas pekerja yang cenderung lebih rendah dan berpotensi juga untuk lebih fragile terhadap tekanan-tekanan ekonomi,” tuturnya. 

Dalam paparannya, Shinta menyoroti bahwa produktivitas dan penghasilan pekerja perlu diwaspadai sebagai risiko pertumbuhan ekonomi oleh pemerintah sepanjang semester II/2024, khususnya karena risiko kenaikan harga pangan dan BBM masih tinggi karena pelemahan nilai tukar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper