Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024: Apindo Beberkan Penyebab Ekonomi RI Mentok di 5%

Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengungkapkan penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia mentok di level 5% dalam beberapa tahun terakhir.
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani memberikan paparan saat Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 di Jakarta, Senin (29/7/2024). Sesi pertama mengambil tema Optimalisasi Potensi Investasi dan Eksekusi Strategi Hadapi Ketidakpastian Ekonomi. Bisnis/Abdurachman
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani memberikan paparan saat Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 di Jakarta, Senin (29/7/2024). Sesi pertama mengambil tema Optimalisasi Potensi Investasi dan Eksekusi Strategi Hadapi Ketidakpastian Ekonomi. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan kondisi ekonomi Indonesia yang saat ini tertahan di angka 5% akibat capaian Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang terlampau tinggi. 

Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani menuturkan ICOR Indonesia masih terlampau tinggi di angka 6,8. Artinya, setiap 1% pertumbuhan ekonomi membutuhkan tambahan rasio investasi terhadap PDB 6,8%. 

“Pertumbuhan ekonomi RI saat ini masih stagnan di kisaran 5% dengan ratio investasi terhadap PDB pada akhir 2023 lalu sebesar 29%,” tuturnya dalam Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 yang mengusung tema 'Meneropong Prospek Ekonomi di Tengah Perubahan Geopolitik dan Kebijakan Pemerintah' di Raffles Hotel, Senin (29/7/2024). 

Shinta menyampaikan secara umum kondisi investasi Indonesia belum optimal dengan level ICOR tersebut. Padahal, lanjutnya, investasi menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi.  

Melihat dengan negara-negara peer, dia menuturkan rata-rata Asean 5 memiliki nilai ICOR di level 3,7% hingga 4,5%. Hal ini menyebabkan Indonesia kurang kompetitif dengan negara lainnya. 

“Untuk itu kita perlu meningkatkan efisiensi dan pada biaya-biaya usaha universal, cost of finance, cost of compliance, juga biaya energi, listrik, tenaga kerja dan lain-lain,” jelasnya. 

Di sisi lain, Shinta menyoroti bahwa Indonesia juga membutuhkan pendalaman finansial, yang ditandai dengan peningkatan skala pembiayaan dan perluasan distribusi dari pada pembiayaan usaha untuk sektor-sektor usaha yang saat ini masih membutuhkan pembiayaan yang memadai.  

Terpantau saat ini total saving atau tabungan bruto hanya 37% dari PDB dan total kapitalisasi pasar modal hanya 49% dari PDB. 

 “Jika kita ingin [ekonomi] tumbuh 6%-7%, maka dibutuhkan rasio investasi terhadap PDB antara 41%-47%. Jadi pekerjaan rumah kita masih panjang,” tuturnya.  

Per kuartal I/2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mencapai 5,11% (year-on-year/yoy). Capaian produk domestik bruto (PDB) kuartal I/2024 dibandingkan dengan kuartal IV/2023 terkontraksi 0,83%. 

Adapun tahun ini, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi di angka 5,2%. Sementara Dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juni 2024, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan mencapai rata-rata 5,1% per tahun dari tahun 2024 hingga 2026. 

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan rata-rata tersebut dapat dicapai meskipun ada tantangan dari meredanya lonjakan harga komoditas, peningkatan volatilitas harga pangan dan energi, dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper