Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) telah meningkat lebih dari perkiraan pada kuartal II/2024. Hal ini menggambarkan permintaan bertahan di bawah beban biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Produk domestik bruto (PDB) meningkat 2,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal II/2024, setelah tumbuh 1,4% pada kuartal sebelumnya, menurut estimasi awal pemerintah. Mesin pertumbuhan utama ekonomi, yakni belanja pribadi, meningkat 2,3% lebih tinggi dari proyeksi.
Biro Analisis Ekonomi pada Kamis (25/7/2024) juga menunjukan bahwa ukuran inflasi dasar yang diawasi ketat naik 2,9%, melambat dari kuartal I/2024. Namun, angka tersebut masih di atas perkiraan.
Angka-angka tersebut menunjukkan adanya perlambatan dari tahun lalu. Belanja konsumen dan aktivitas ekonomi telah mereda akibat tingginya suku bunga, sehingga secara bersamaan membantu mengendalikan inflasi secara bertahap.
Hal ini menjadi pertanda baik bagi Federal Reserve (The Fed) yang berupaya melakukan soft landing bagi perekonomian dan mungkin akan memangkas suku bunga setelah September 2024.
Namun, akan menjadi kesembangan yang baik untuk mendinginkan pasar tenaga kerja secukupnya, tanpa membuat jutaan orang kehilangan pekerjaannya. Pengangguran kini telah meningkat selama tiga bulan berturut-turut.
Baca Juga
"Ini adalah laporan yang sempurna untuk Fed, pertumbuhan selama paruh pertama tahun ini tidak terlalu tinggi, inflasi terus menurun dan skenario soft landing yang sulit dipahami tampak dalam jangkauan," jelas kepala penelitian ekonomi Fitch Ratings, Olu Sonola, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (26/7).
Menurut Eliza Winger dari Bloomberg Economics, meskipun belanja konsumen sebagai penggerak utama pertumbuhan telah menguat pada kuartal terakhir, nyatanya data tersebut melambat secara signifikan dibandingkan dengan semester II/2023.
Pihaknya memperkirakan pasar tenaga kerja yang mendingin dan pertumbuhan pendapatan yang melambat akan memperparah perlambatan tersebut.
Ke depannya para ekonom juga memperkirakan ekonomi akan melambat lebih tajam pada paruh kedua tahun ini. Hal ini karena pasar tenaga kerja yang melemah, dan selanjutnya memperlambat pertumbuhan pendapatan dan menekan pengeluaran konsumen.