Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekor Dagang dengan China, RI Raup Untung dari Amerika Cs

BPS mencatat Indonesia meraup untung dalam perdagangan dengan Amerika Serikat, tetapi tekor dengan China.
Afiffah Rahmah Nurdifa, Annasa Rizki Kamalina
Selasa, 16 Juli 2024 | 07:00
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia tercatat mengalami defisit perdagangan dengan China kendati meraup untung dari negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dan India.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Juni 2024 senilai US$2,39 miliar.

Surplus ini utamanya ditopang oleh surplus perdagangan komoditas nonmigas senilai US$4,43 miliar. Kemudian, komoditas yang juga menyumbang surplus adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani nabati (HS 15), besi baja (HS 72), dan beberapa komoditas lainnya. 

Secara kumulatif atau sepanjang periode Januari-Juni 2024, surplus neraca dagang barang Indonesia mencapai US$15,45 miliar atau turun US$4,46 miliar dari periode yang sama pada tahun lalu.

Apabila diperinci berdasarkan negara tujuan, ternyata Indonesia terus mencatatkan keuntungan dengan surplus yang meningkat dengan AS. Namun, berbanding terbalik dengan China yang perdagangannya melanjutkan tren defisit.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan per Juni 2024, Indonesia mengalami surplus dengan tiga mitra dagang utama, yakni India, Amerika Serikat, dan Filipina. 

"Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan tiga terbesar, dengan India US$1,47 miliar, Amerika Serikat US$1,22 miliar, dan Filipina US$0,69 miliar,” katanya dalam Rilis Berita Resmi Statistik, Senin (15/7/2024). 

Surplus terbesar yang dialami dengan India karena didorong oleh beberapa komoditas, antara lain Lemak dan Minyak Hewani/Nabati (HS 15) utamanya komoditas minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO). 

Kemudian surplus juga disumbang dari Bahan Bakar Mineral dengan kode (HS 27) dan Besi Baja dengan kode (HS 72). 

Meski AS tidak menempati posisi pertama penyumbang surplus tertinggi, kinerja surplus Indonesia dengan AS tercatat mengalami tren peningkatan baik dari bulan lalu maupun dari periode yang sama bulan lalu. 

Tercatat surplus neraca perdagangan barang Indonesia dengan AS pada Mei 2024 berada di angka US$1,2 miliar, sementara pada Juni tahun lalu senilai US$1,19 miliar.  

Di sisi lain, Indonesia juga mencatatkan defisit yang besar dari mitra dagang utama, yaitu China senilai US$693,4 juta pada Juni 2024. Defisit ini tercatat lebih rendah dari defisit yang terjadi pada Mei 2024, senilai US$1,32 miliar. 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper