Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) menepis tuduhan penggelembungan harga impor beras dari perusahaan Vietnam Tan Long Group yang belakangan ramai menjadi sorotan publik.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyangkal tuduhan tersebut dengan dua dalih. Pertama, Bulog tidak memiliki keterikatan kontrak impor beras dengan Tan Long Group tahun ini. Perusahaan itu, kata Bayu, tidak pernah mengajukan penawaran harga meskipun pernah mendaftar sebagai kandidat mitra Bulog.
Kedua, Bulog mengimplementasikan metode open bid alias lelang terbuka sepanjang 2024. Dengan metode tersebut, jelasnya, pergerakan penawaran harga dari masing-masing calon pemasok dapat terlihat jelas oleh mitra-mitra lain atau semua peserta lelang.
Dia mengatakan, skema lelang terbuka yang dijalankan oleh Bulog ditopang oleh persyaratan administratif yang sangat ketat. Mulai dari pengumuman terbuka soal agenda pembelian beras, dilanjutkan dengan tahap pendaftaran dengan jumlah peminat berkisar antara 80 – 100 perusahaan eksportir penjual.
Kemudian, sambungnya, perusahaan peminat akan diberikan informasi tentang syarat dan ketentuan menjadi peserta lelang.
Syarat dan ketentuan yang dimaksud merujuk kepada praktik transparansi dalam perdagangan internasional. Termasuk, memiliki pengalaman ekspor; kesediaan mengikuti inspeksi, menerbitkan uang jaminan tender (bid bond), dan jaminan kinerja (performance bond) di bank prominen dalam negeri, serta sejumlah term lainnya.
Baca Juga
“Beberapa perusahaan, terutama yang baru, biasanya mundur karena persyaratan yang ketat tersebut sehingga yang kemudian benar-benar ikut lelang sekitar 40-50 perusahaan. Lalu, kami melakukan lelang terbuka, di mana pergerakan penawaran harga dari masing-masing calon pemasok bisa terlihat jelas oleh semua peserta lelang sehingga tidak mungkin kami menggelembungkan harga,” kata Bayu kepada Bisnis baru-baru ini.
Khusus menyoal pembelian beras dari Vietnam, Bayu menyebut Bulog memiliki sejarah importasi yang panjang dengan dua perusahaan pelat merah Negeri Naga Biru, yaitu Vinafood 1 dan Vinafood 2. Namun, jika dilihat mundur, eksportir Vietnam yang berminat memasok beras ke Bulog tercatat sebanyak 14 perusahaan.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 9 perusahaan pernah mengikuti lelang dan menang, sedangkan sisanya tidak mengikuti lelang atau gagal memenuhi persyaratan administrasi.
“Kami selalu berhasil mendapatkan beras di bawah harga penawaran awal, dan sekali lagi kami tekankan bahwa lelang impor beras selalu kami laksanakan secara terbuka dan transparan,” tegasnya.
Tahun ini, Bulog ditugaskan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mengimpor 3,6 juta ton beras yang akan disalurkan untuk bantuan pangan, penjualan dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), serta menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP).
Importasi dilakukan bertahap. Sampai dengan Juni 2024, Bulog sudah menjalankan 5 tahap importasi dengan jumlah sekitar 300.000 ton beras dalam tiap tahap. Artinya, sepanjang semester I/2024 Bulog mengimpor sekitar 1,5 juta ton beras.
Dalam prosesnya, bobot impor dipecah dalam 10 -12 lot di kisaran 25.000 – 30.000 ton di setiap tahap dan disebar ke 26 pelabuhan penerima di seluruh Tanah Air.
“Setiap lot terkait dengan pelabuhan tertentu, dengan harga pembelian menggunakan sistem CnF [cost and freight] yang memasukkan biaya tranportasi ke pelabuhan dituju sebagai bagian dari tanggung jawab eksportir,” jelas Bayu.