Bisnis.com, BADUNG - Indonesia menjadi inisiator Hari Danau Sedunia atau World Lake Day dalam gelaran World Water Forum ke-10 di Bali. Sebagai tuan rumah forum air terbesar di dunia itu, pemerintah Indonesia ingin mendorong komitmen dunia untuk mengupayakan pengelolaan danau yang berkelanjutan.
Usulan Hari Danau Sedunia bukan semata-mata hanya sebuah peringatan tanpa aksi. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyebut, usulan Hari Danau Sedunia telah disepakati lebih dari 80 negara dalam Deklarasi Menteri di World Water Forum ke-10.
Menurutnya, seluruh negara yang berpartisipasi telah sepakat bahwa danau menjadi sumber pasokan air yang penting bagi kehidupan manusia, baik dari sisi sosial maupun ekonomi.
Dia pun membeberkan alasan Indonesia mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia kepada Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), salah satunya, yaitu agar Hari Danau Sedunia bisa dijadikan momentum bagi seluruh pihak untuk mengupayakan ekosistem danau yang lestari.
Musababnya, kata Basuki, saat ini tidak sedikit danau alami yang mengalami degradasi akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.
"Inilah gunanya peringatan Hari Danau Sedunia," ujar Basuki di Bali Nusa Dua Convention Centre, Selasa (21/5/2024).
Baca Juga
Danau Prioritas
Sebagai inisiator Hari Danau Sedunia, Indonesia telah melangkah lebih awal untuk mengupayakan keberlanjutan ekosistem danau yang dianggap krusial. Melalui Peraturan Presiden (Perpres) No.60/2021, pemerintah menetapkan program penyelamatan ekosistem 15 danau prioritas.
Adapun, 15 danau prioritas tersebut, antara lain Danau Toba, Singkarak, Maninjau, Kerinci, Rawadanau, Rawapening, Sentarum, Kaskade Mahakam (Semayang, Melintang, Jeumpang), Limboto, Tondano, Poso, Matano, Tempe, Batur, dan Sentani.
Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Inge Retnowati mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan jumlah danau lebih dari 2.000 danau. Penetapan 15 danau prioritas tersebut didasari pada kondisi yang kritis dan kebutuhan yang tinggi terhadap sumber air danau tersebut.
"Seperti ekosistem air tawar lainnya, tidak mudah mengelola danau karena tekanan yang besar. Banyak aktor dan faktor yang memengaruhi kondisi danau," ujar Inge.
Pencemaran air, pendangkalan atau sedimentasi, hingga penurunan biodiversitas akibat eutrofikasi menjadi persoalan dominan yang terjadi di banyak danau. Dia menyebut, salah satu danau prioritas yang perlu dikejar penyelamatannya, yaitu Danau Batur di Bali.
Inge menjelaskan, ancaman kerusakan danau bisa berasal dari daerah tangkapan air maupun aktivitas di badan air. Di daerah tangkapan air rata-rata terjadi pencemaran akibat limbah rumah tangga dan pertanian serta erosi tanah penyebab sedimentasi. Sementara pencemaran di badan air, kerap disebabkan oleh aktivitas perikanan seperti tambak jaring.
Strategi Danau Lestari
Adanya ancaman sumber polutan yang berisiko merusak ekosistem danau itu, kata Inge, diperlukan pengendalian terhadap aktivitas manusia di sekitar danau. Menurutnya, aktivitas perikanan di badan air danau maupun pertanian di sekitar danau, harus dikelola dengan cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Inge menjelaskan, limbah dari aktivitas di sekitar danau tidak boleh melebihi dari kapasitas danau menerima polutan. Oleh karena itu, kata Inge, kolaborasi antarsektor menjadi krusial. Pasalnya, untuk mencapai tujuan ekosistem danau yang lestari dibutuhkan kesepahaman visi bersama baik dari pemerintah, pelaku usaha maupun masyarakat di sekitar danau.
"Danau Batur salah satu yang harus kita tingkatkan upaya pengendalian pencemaran air. Bukan kita berarti tidak boleh memanfaatkan danau, tapi ada cara terbaik. Sebab danau yang baik, masyarakatnya sejahtera," tutur Inge.
Pakar Lingkungan Universitas Diponegoro Sudharto Hadi menilai usulan Hari Danau Sedunia yang diinisiasi oleh Indonesia di World Water Forum ke-10 menjadi ide yang baik.
"Peringatan Hari Danau bisa menjadi momen mengingatkan semua pihak bahwa danau kita dalam kondisi kritis perlu perlindungan dan pengelolaan yang komprehensif," ujar Sudharto saat dihubungi, Senin (27/5/2024).
Senada dengan Inge, Sudharto pun mengakui bahwa kondisi danau di Indonesia pada umumnya dalam kondisi kritis seperti terjadi pencemaran, pendangkalan, alga blooming (eceng gondok) hingga kekeringan.
Dia pun menekankan agar penanganan sumber polutan danau tidak dilakukan secara parsial. Artinya, pengendalian pencemaran air danau harus dilakukan secara tepat pada sumber pencemarannya, baik di hulu maupun di badan air. Misalnya, untuk menangani pendangkalan danau, kata Sudharto, dibutuhkan pengendalian terhadap alihfungsi lahan di sempadan danau dan hulu.
"Penanganan danau harus komprehensif dan integratif mulai dari hulu, tengah dan hilir," ucap Sudharto.