Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Perubahan Iklim, BRIN: Produksi Padi Bisa Turun 50%

BRIN menyebut fenomena perubahan iklim berisiko membuat produksi padi turun hingga 50%.
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut produksi padi nasional bisa turun hingga 50% akibat adanya fenomena perubahan iklim terhadap pertanian lahan kering.

Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Ahmad Suriadi mengatakan perubahan iklim bisa membuat tanaman rentan kekurangan air dan mempengaruhi produksi pangan.

"Perubahan iklim menimbulkan dampak terhadap tanaman padi yang membuat produksi menurun hingga 50% ketika suhu naik 1-2 derajat Celcius," katanya, seperti dilansir Antara, Senin (13/5/2024).

Dia menambahkan perubahan suhu berisiko menimbulkan lonjakan serangan organisme pengganggu tanaman, sehingga menyebabkan gagal panen. Kehidupan serangga sangat dipengaruhi oleh faktor suhu lingkungan.

Ahmad mencontohkan perubahan kelembaban dan suhu yang cepat memicu terjadinya ledakan hama belalang kembara yang terjadi di Nusa Tenggara Timur beberapa tahun lalu.

Serangan belalang kembara tersebut, lanjutnya, meluluhlantakkan tanaman jagung dan tanaman-tanaman lain, sehingga produksi turun.

Menurutnya, perubahan iklim yang berdampak signifikan bagi pertanian, mengancam ketahanan pangan, mata pencaharian, dan ekosistem memerlukan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan.

Selain itu, investasi dalam penelitian dan inovasi hingga ikhtiar secara kolaboratif di tingkat lokal, nasional, dan internasional untuk membangun ketahanan dan keberlanjutan dalam sistem pertanian sangat penting dalam menghadapi pengaruh perubahan iklim.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Yudhistira Nugraha mengatakan ada sekitar 60 juta hektare lahan kering di Indonesia dengan 29 juta hektare digunakan untuk produksi pertanian.

"Salah satu ekosistem yang rentan terhadap perubahan iklim adalah ekosistem lahan kering. Perubahan iklim berpengaruh terhadap produksi pangan," ujarnya.

Yudhistira mengungkapkan upaya penyediaan air yang dihubungkan dengan perubahan iklim menjadi sangat penting dalam pengelolaan lahan kering tersebut.

Dia menilai program bantuan pompanisasi yang digalakkan oleh Kementerian Pertanian sudah tepat untuk meningkatkan produktivitas lahan kering di Indonesia.

Program pompanisasi dirancang untuk meningkatkan indeks pertanaman, termasuk untuk sawah tadah hujan. Kementerian Pertanian menyebut dari 7,5 juta hektare sawah di Indonesia ada sebanyak 36 persen berupa sawah tadah hujan.

Program itu difokuskan untuk lahan sawah yang indeks pertanaman satu kali dalam setahun, namun memiliki sumber air yang tersedia sepanjang tahun. Pompanisasi menjadi solusi bagi para petani untuk meningkatkan indeks pertanaman.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper