Bisnis.com, JAKARTA — Realiasasi investasi manufaktur masih melanjutkan tren perlambatan pada awal 2024. Pengusaha mendorong pemerintah untuk memberikan stimulus guna menggenjot investasi.
Data dari Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), investasi manufaktur pada triwulan I/2024 mencapai Rp161,1 triliun, turun dari kuartal IV/2023 sebesar Rp162,3 triliun.
Ketua Umum Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) Dadang Asikin mengatakan penurunan investasi yang terjadi beberapa bulan terakhir merupakan tren sementara yang bertepatan dengan tahun politik.
"Awal tahun ini masih tahun politik yang mana pelaku usaha lebih melihat situasi dan kondisi yang akan terjadi, ini salah satu faktor untuk melakukan investasi," ujar Dadang kepada Bisnis, Senin (29/4/2024).
Dia optimistis dengan kondisi stabilitas ekonomi dan politik setelah penetapan hasil Pilpres 2024 maka rencana ekspansi investor akan lebih terealisasikan pada periode selanjutnya.
Namun, dia meminta pemerintah untuk tetap fokus menjaga seluruh ekosistem industri agar tetap berkembang dan di bangun terus untuk mencapai pertumbuhan industri yang direncanakan.
Baca Juga
"Stimulus sudah banyak ditawarkan oleh pemerintah, tapi relaksasi kredit mungkin bisa jadi penarik investasi," ujarnya.
Terlebih, baru-baru ini Bank Indonesia menetapkan suku bunga acuan atau BI Rate naik menjadi 6,25%. Hal ini diwanti-wanti pengusaha sehingga kembali melakukan kalkulasi untuk melakukan ekspansi.
Di sisi lain, faktor global geopolitik konflik Timur Tengah yang juga disebut akan memengaruhi rantai pasok bahan baku hingga barang modal sebagai komponen-komponen industri manufaktur.
"Satu hal lagi keseriusan dan usaha pemerintah dalam menerapkan aturan P3DN secara terus menerus dan bukan hanya pada proyek pemerintah yang bersumber dari APBN, tetapi proyek-proyek di Kementrian BUMN akan bisa mendorong khususnya di industri permesinan," pungkasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Impor mesin/peralatan mekanis dan bagiannya mengalami penurunan senilai US$473 juta atau 17,18% menjadi US$2,28 miliar pada Maret 2024. Secara tahunan, nilainya turun 13,90% dibandingkan Maret 2023 sebesar US$2,65 miliar.