Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Naik, Ekonom Indef Usul Relaksasi Kredit Demi Jaga Kinerja Manufaktur

Kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate dinilai dapat membebani sektor riil, termasuk industri manufaktur yang tengah tertekan imbas pelemahan rupiah.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA- Kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) menjadi 6,25% atau naik 25 basis poin dinilai dapat membebani sektor riil, termasuk industri manufaktur yang tengah tertekan imbas pelemahan rupiah.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan kenaikan suku bunga punya potensi membawa sektor riil yang lesu sehingga berdampak pada turunnya pertumbuhan ekonomi

"Tentu saja kenaikan suku bunga ini memberatkan sektor usaha terutama bagi mereka yang punya pinjaman di bank, tendensinya sektor riil juga akan melambat," kata Esther kepada Bisnis, Rabu (24/4/2024).

Dia menuturkan, pelaku usaha industri manufaktur harus melakukan efisiensi atau pengurangan biaya operasional untuk mempertahankan harga produk jual agar tidak mengalami kenaikan hingga membebani konsumen.

Meskipun, dia tak memungkiri industri yang masih bergantung pada impor bahan baku tengah kesulitan di tengah pelemahan rupiah yang terjadi. Kondisi ini memicu pembengkakan ongkos produksi.

"Saya rasa Bank Indonesia tidak punya banyak pilihan instrumen moneter lain untuk mengendalikan nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi sehingga yang paling aman adalah menaikkan tingkat suku bunga untuk menahan agar tidak terjadi modal keluar Indonesia," tuturnya.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga akan berpotensi menimbulkan non performing loan (NPL) atau kredit macet pelaku usaha. Untuk itu, Bank Indonesia dinilai perlu memberikan relaksasi kredit jika ada debitur yang keberatan dan punya tendensi kredit macet.

Tak hanya itu, kenaikan suku bunga yang tidak dibarengi dengan antisipasi untuk menjaga keberlangsungan usaha akan membuat kinerja manufaktur semakin terbebani saat ini.

"Potensinya kinerja sektor industri manufaktur juga cenderung menurun," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani, menyampaikan, naiknya BI Rate berpotensi semakin membebani beban usaha dan perluasan kinerja usaha.

“Kebijakan ini memang tidak ideal bagi pelaku usaha,” kata Shinta dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/4/2024).

Kendati demikian, pelaku usaha berupaya mendukung kebijakan ini. Sebab, kenaikan suku bunga dilihat sebagai upaya pemerintah untuk menciptakan stabilitas nilai tukar secara lebih cepat, khususnya karena pelemahan nilai tukar yang terjadi dua minggu terakhir kian mengkhawatirkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper