Bisnis.com, JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI akan menggunakan dana pinjaman yang diberikan oleh China Development Bank (CDB) untuk membayar kontraktor proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Kereta Cepat Whoosh.
Sebelumnya, KAI telah resmi menerima pinjaman dari CDB senilai Rp6,98 triliun guna menambal pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Pinjaman tersebut telah cair pada 7 Februari 2024.
EVP Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan, salah satu alokasi penggunaan dana pinjaman tersebut adalah untuk membayar biaya konstruksi kepada sejumlah kontraktor.
Agus mengatakan pembayaran tersebut dilakukan baik kepada kontraktor asal Indonesia maupun China yang terlibat dalam proses konstruksi Kereta Cepat Whoosh. Dia menyebut KAI juga telah memiliki daftar dan urutan pihak kontraktor yang akan mendapat bayaran dari pinjaman tersebut.
“Itu kan ada beberapa yang belum bayar dan sebagainya. Kontraknya banyak, ada dari China, dari Indonesia, akan kita selesaikan," kata Agus di Jakarta, dikutip Selasa (23/4/2024).
Adapun, berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), pencairan pinjaman China Development Bank (CDB) kepada KAI dibagi dalam dua fasilitas. Pertama adalah fasilitas A yang memiliki nilai US$230.995.000 atau sekitar Rp3,60 triliun.
Baca Juga
Sementara itu, fasilitas B tercatat mencapai US$217.080.000 atau setara dengan Rp3,38 triliun. Jika diakumulasikan, total pinjaman yang diterima KAI dari CDB mencapai sekitar Rp6,98 triliun. Pencairan tersebut langsung diteruskan kepada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Sebelumnya, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi menjelaskan, pembayaran untuk cost overrun Kereta Cepat akan dibagi sesuai dengan porsi kepemilikan saham dengan konsorsium Indonesia sebesar 60% dan konsorsium China sebesar 40%.
Dengan demikian, konsorsium Indonesia akan membayar sekitar US$720 juta dan konsorsium China menanggung sekitar US$480 juta yang tersisa.
Dwiyana menjelaskan, dari total cost overrun yang akan dibayarkan oleh konsorsium Indonesia, sebanyak 25% akan dibayar menggunakan dana dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai pemimpin konsorsium.
“Kemudian, 75% itu dibayarkan menggunakan pinjaman yang telah disepakati dengan China Development Bank [CDB]," jelas Dwiyana.