Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa sebanyak 52% negara berkembang tengah menghadapi krisis utang.
Sri Mulyani mengatakan hal ini menjadi salah satu isu yang disoroti dalam pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara G20 di bawah presidensi Brasil.
“Saat ini 52% negara-negara itu sedang menghadapi masalah fiskal. APBN-nya tidak sehat, utangnya dalam kondisi yang tertekan dan mereka tidak memiliki akses terhadap capital sehingga mereka tidak mampu pulih sejak pandemi dan ini butuh dukungan,” katanya saat ditemui di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Dia menyampaikan, dalam pertemuan tersebut, anggota negara G20, termasuk Indonesia, mendorong dibentuknya institusi multilateral yang dapat menangani permasalahan utang dari 52 negara tersebut.
“Multilateral institution sangat diandalkan dalam situasi itu dan governance mereka perlu di reform dan size-nya perlu ditingkatkan, itu yang menjadi tema yang ketiga dan Indonesia beri banyak masukan,” jelasnya.
Sementara itu, pada acara Mandiri Investment Forum 2024, Sri Mulyani menyampaikan bahwa rasio utang Indonesia masih terjaga, sempat mencapai puncaknya sebesar 40% saat pandemi, tapi saat ini sedikit menurun menjadi 38,9%. Hal ini seiring dengan pengelolaan fiskal yang baik.
Baca Juga
“Posisi fiskal kita terus membaik. Jika dilihat, rasio pajak menurun sangat tajam karena pandemi, sekarang kita akselerasi kembali. Kita juga mengurangi defisit sehingga kita bisa menurunkannya ke tingkat yang hampir mendekati keseimbangan primer, menikmati positif atau surplus,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan bahwa pertemuan G20 pada pekan lalu membahas juga upaya pengentasan kemiskinan. Dia pun membagikan pengalaman, di mana pemerintah Indonesia berhasil menyalurkan bantuan sosial yang lebih tepat sasaran, bank untuk program yang rutin maupun sementara.
Selain itu, pertemuan juga membahas isu terkait perubahan iklim, terutama dari sisi pembiayaan yang kebutuhannya sangat besar dan belum memadai.
“Kita diskusi mengenai indonesia yang terus push mengenai energy transition mechanism dan just energy transition partnership namun kita tetap harus melihat mengenai berbagai opportunity atau kesempatan maupun kendala-kendala yang menghadangnya,” kata Sri Mulyani.