Bisnis.com, JAKARTA – Bitcoin diprediksi menjadi salah satu aset yang akan mendapat angin segar dari keputusan The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pekan ini.
Mengutip Fortune pada Jumat (20/9/2024) harga Bitcoin sempat melonjak 1,1% setelah penurunan suku bunga pertama pascapandemi oleh Federal Reserve. Harga bitcoin telah naik hingga menembus level kisaran US$62,000.
Di tengah sikap pasar yang tengah mencermati rencana stimulus aset kripto oleh pemerintah China, pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin dinilai sebagai sebuah kejutan. Hal ini diyakini dapat menjadi awal siklus likuiditas baru yang dapat menempatkan pasar Bitcoin dan kripto pada puncak pergerakan besar.
Pemangkasan suku bunga ini juga menimbulkan kekhawatiran bahwa dolar AS berada di “ambang kehancuran total”.
Seiring dengan hal tersebut, lembaga manajer aset terbesar di dunia, BlackRock, telah memperingatkan kekhawatiran yang meningkat seputar tumpukan utang AS senilai US$35 triliun yang dapat mendorong minat investor, terutama institusional, terhadap Bitcoin.
Dalam sebuah makalah yang menguraikan prospek investasi untuk Bitcoin, BlackRock menyebut meningkatnya kekhawatiran di AS dan luar negeri mengenai keadaan defisit dan utang federal AS telah meningkatkan daya tarik aset cadangan alternatif sebagai potensi lindung nilai terhadap kemungkinan kejadian di masa depan yang mempengaruhi dolar AS.
Baca Juga
“Dinamika ini tampaknya juga terjadi di negara-negara lain di mana akumulasi utangnya signifikan. Dalam pengalaman kami dengan klien hingga saat ini, hal ini menjelaskan sebagian besar minat institusional terhadap bitcoin yang semakin luas baru-baru ini,” jelas BlackRock dalam makalah tersebut
“Inilah mengapa beberapa orang menyebut bitcoin sebagai amandemen uang yang ke-2,” analis Bloomberg Intelligence ETF Eric Balchunas pada media sosial X, sembari menambahkan bahwa tumpukan utang AS US$35 triliun yang tumbuh sebesar US$1 triliun setiap 100 hari tidak akan ada habisnya.
BlackRock, yang memiliki aset yang dikelola sekitar US$10 triliun, menggambarkan Bitcoin sebagai aset diversifikasi unik untuk melakukan lindung nilai atau hedging terhadap risiko ekonomi dan politik.
“Meskipun bitcoin telah menunjukkan contoh pergerakan jangka pendek bersama dengan ekuitas dan ‘aset berisiko’ lainnya, dalam jangka panjang, pendorong fundamentalnya sangat berbeda, dan dalam banyak kasus terbalik, dibandingkan sebagian besar aset investasi tradisional,” makalah tersebut menyimpulkan.
Pada bulan Juli, CEO BlackRock Larry Fink mengatakan dia telah salah menilai bitcoin ketika dia menyebut aset itu sebagai indeks pencucian uang. FInk mengakui bahwa bitcoin adalah emas digital dan instrumen keuangan yang sah.
Adapun, kesuksesan BlackRock membawa instrumen exchange traded funds (ETF) dengan aset bitcoin spot AS ke pasar tahun lalu telah menjadi salah satu faktor utama reli harga bitcoin sepanjang tahun ini seiring dengan masuknya Wall Street ke pasar bitcoin.
Pada Mei lalu, iShares Bitcoin Trust (IBIT) milik BlackRock mengambil alih Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) sebagai instrumen ETF di bursa bitcoin terbesar di dunia, dengan arus inflow mencapai US$21 miliar belum lama ini.
Reli harga bitcoin setelah penurunan suku bunga The Fed sebesar 0,5% diperkirakan oleh banyak pengamat bitcoin dan kripto sebagai sinyal dimulainya kenaikan bitcoin yang baru.
Samir Kerbage, Chief Investment Officer di Hashdex mengatakan, meskipun ada faktor makro lain yang saat ini memengaruhi prospek bitcoin dan aset berisiko lainnya, termasuk ketegangan geopolitik dan ketidakpastian pemilu, pasar-pasar ini akan mendapat manfaat dari formalisasi perubahan dovish The Fed.
“Tesis investasi jangka panjang kami untuk bitcoin tetap masuk akal dan terlepas dari arah kebijakan moneter jangka pendek, bitcoin tetap berada pada posisi yang baik untuk pertumbuhan karena adopsi institusional terus mendapatkan momentum,” katanya.