Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pelat merah PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN menargetkan serapan gas lewat pipa transmisi Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap I (Ruas Semarang-Batang) dapat mencapai 10 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) pada akhir tahun ini.
Sekretaris Perusahaan PGAS Rachmat Hutama menuturkan, volume gas yang mengalir lewat pipa Cisem Tahap I saat ini relatif kecil pasca-gas in pada November 2023.
Rachmat berharap volume serap industri hilir lewat pipa Cisem I itu dapat meningkat seiring dengan pengembangan kawasan industri yang berada di sepanjang jalur pipa.
“Volume ini diperkirakan akan ramp up mengikuti pertumbuhan industri yang mengonsumsi gas, di antaranya PT KCC yang penandatanganan PJBG [perjanjian jual beli gas] dengan PGN telah dilakukan Februari 2024,” kata Rachmat saat dihubungi, Senin (4/3/2024).
Adapun, potensi industri di wilayah Kendal dan Batang dapat mencapai sekitar 40 industri, dengan proyeksi kebutuhan gas tahap awal sekitar 30 MMscfd (5 tahun pertama), dan dapat meningkat lebih dari 58 MMscfd.
Selain industri, Pipa Cisem juga akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat melalui gas untuk rumah tangga. Setelah selesainya Pipa Cisem tahap 2, diharapkan terdapat potensi gas untuk jaringan gas kota (jargas) minimal 5 MMscfd atau sekitar 300.000 rumah tangga.
Baca Juga
Kendati demikian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan operator belakangan meninjau ulang besaran tarif penyaluran gas atau toll fee lantaran melesetnya serapan gas saat ini dari industri di Jawa Tengah.
Hitung-hitungan ESDM memproyeksikan volume salur gas dari pipa transmisi Cisem relatif kecil di bawah 1 MMscfd.
“Toll fee masih dalam evaluasi regulator sehingga belum ada ketetapan besaran yang diberlakukan,” kata Rachmat.
Kementerian ESDM sempat mengajukan harga tarif penyaluran gas bumi atau toll fee pipa transmisi Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap I (Ruas Semarang-Batang) di rentang US$0,25 sampai dengan US$0,27 per juta metrik british thermal unit (MMBtu).
Pengajuan rentang harga itu sebelumnya telah dibahas bersama dengan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menjelang proyek yang ikut jadi prioritas nasional itu menerima gas perdana pada Agustus 2023.
Hanya saja, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan, kajian ulang toll fee itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan minimnya serapan gas yang terjadi selepas pipa transmisi resmi beroperasi November 2023.
“Kan waktu feasibility study pipa itu permintaannya kelihatannya ada di sini, sini, banyaklah begitu baru mau dioperasikan Batang kan itu terlambat harusnya industrinya sudah banyak, ini memengaruhi volume yang dialirkan,” kata Laode saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Situasi itu, kata Laode, membuat operator pipa Badan Layanan Umum (BLU) Lemigas dan PT Pertagas mesti meninjau ulang tarif distribusi gas tersebut.
“Kira-kira industri yang baru jalan ini kan baru di Kendal, nanti kalau sudah jalan yang di Batang baru bisa dapat gambaran yang lebih pasti,” kata dia.