Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan operator pipa transmisi Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap I (Ruas Semarang-Batang) belakangan meninjau ulang besaran tarif penyaluran gas atau toll fee lantaran melesetnya serapan gas saat ini dari industri di Jawa Tengah.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan, kajian ulang toll fee itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan minimnya serapan gas yang terjadi selepas pipa transmisi resmi beroperasi bulan lalu.
“Kan waktu feasibility study pipa itu permintaannya kelihatannya ada di sini, sini, banyaklah begitu baru mau dioperasikan Batang kan itu terlambat harusnya industrinya sudah banyak, ini memengaruhi volume yang dialirkan,” kata Laode saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Laode menuturkan, volume salur gas dari pipa transmisi Cisem I ini relatif kecil di bawah 1 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Situasi itu, kata Laode, membuat operator pipa Badan Layanan Umum (BLU) Lemigas dan PT Pertagas mesti meninjau ulang tarif distribusi gas tersebut.
“Kira-kira industri yang baru jalan ini kan baru di Kendal, nanti kalau sudah jalan yang di Batang baru bisa dapat gambaran yang lebih pasti,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian ESDM mengajukan harga tarif penyaluran gas bumi atau toll fee pipa transmisi Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap I (Ruas Semarang-Batang) di rentang US$0,25 sampai dengan US$0,27 per juta metrik british thermal unit (MMBtu).
Baca Juga
Pengajuan rentang harga itu sebelumnya telah dibahas bersama dengan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menjelang proyek yang ikut jadi prioritas nasional itu menerima gas perdana pada Agustus 2023.